AMERIKA MINTA SEKUTUNYA TINGKATKAN ANGGARAN PERTAHANAN
-Baca Juga
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menegaskan tuntutannya agar negara-negara anggota aliansi tersebut segera meningkatkan anggaran pertahanan. Menjelang konferensi tingkat tinggi pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO)
Trump telah lama meminta negara-negara NATO lain untuk menganggarkan setidaknya 2 persen produk domestik bruto (GDP) masing-masing ke sektor pertahanan, sebagaimana direkomendasikan organisasi itu sendiri.
Amerika Serikat menghabiskan 3,5 persen GDP untuk pertahanan, tahun lalu, dan jauh lebih besar di tahun-tahun sebelumnya. Sementara, hanya tiga negara anggota NATO yang melampaui batas 2 persen tahun lalu.
Menurut data NATO, hanya Inggris, Yunani dan Estonia yang memenuhi kewajiban itu pada 2017 lalu. Di tahun yang sama, Polandia tergelincir ke bawah ambang batas dengan angka 1,99 persen, saat negara-negara lain tak pernah melampaui titik yang direkomendasikan sejak 2010.
"Saya pikir negara-negara ini mesti meningkatkan anggaran, bukan dalam rentang 10 tahun, tapi sesegera mungkin," kata Trump di Brussels di hari pertama Konferensi Tingkat Tinggi, Rabu (11/7). Para sekutu NATO sepakat berupaya dan mencapai batas 2 persen dalam rentang waktu satu dekade, yakni pada 2024.
Waktu itu terlalu panjang bagi Trump. Dia secara spesifik menunjuk Jerman sebagai negara yang sebenarnya bisa menggenjot anggaran pertahanan sesegera mungkin.
Sudah bukan kejutan lagi jika Trump menunjukkan sikap keras kepada para sekutunya yang kebanyakan berada di Eropa. Dalam beberapa hari terakhir, ia kerap mengecam aliansi 29 negara tersebut sebagai organisasi yang "tak adil."
Pekan lalu, seorang juru bicara Gedung Putih menegaskan Trump akan menyampaikan kepada NATO bahwa AS bukan sumber duit dunia.
Meski batas 2 persen tak dipenuhi banyak anggota NATO, sebagian besar telah menggenjot anggarannya secara besar-besaran dalam beberapa tahun terkahir.
NATO dibentuk setelah Perang Dunia II dalam prinsip pertahanan kolektif--serangan terhadap salah satu saja anggotanya sama dengan serangan untuk seluruh negara. Setiap negara menyumbang sedikit uang di kantong duit NATO.
Konsepnya, setiap negara mesti mempunyai pasukan pertahanan kuat masing-masing, yang membutuhkan anggaran masing-masing dalam jumlah tertentu. Trump bukan presiden pertama yang mengangkat isu ini.
"Banyak presiden dan pemerintahan Amerika mengangkat itu dan memohon para sekutu untuk meningkatkan anggaran. Hanya saja, mereka melakukan itu dengan lebih sopan," kata Elisabeth Braw, peneliti di Center for European Policy Analysis, kepada media.
Anggaran pertahanan anjlok besar-besaran di awal dekade ini karena Eropa relatif dalam keadaan damai.
Namun, menyusul agresi Rusia di Ukraina dan pencaplokan Crimea, seluruh anggota NATO sepakat mencapai batas 2 persen pada 2024.
Jelang pertemuan Brussels, Trump kerap melontarkan ancaman, mengirim surat pada para sekutu NATO, termasuk Jerman, Belgia dan Kanada, menuntut negara-negara itu meningkatkan anggaran pertahanan jika tak mau AS mengubah keberadaan militernya di Eropa.
"Saya pikir Trump benar, tapi saya pikir cara dia menyampaikannya tidak benar, karena dia sangat tidak populer di sini di Eropa. Jika dia merundung para pemimpin Eropa untuk meningkatkan anggaran, saya pikir bodoh jika mereka memenuhinya karena mereka bakal dipandang manut," kata Braw.
Dia mengatakan hal ini semestinya dilakukan oleh orang lain, misalnya Menteri Pertahanan James Mattis.
"Dia dihormati di antara sekutu--tapi hal itu hampir jadi obsesi Trump, dan secara paradoks, saya pikir sikap itu hanya akan membawa peningkatan yang kecil, dan itu disayangkan, karena jelas situasi keamanan saat ini makin buruk di Eropa.
Menurut Braw, mengharapkan peningkatan 2 persen GDP masuk akal.
"Idenya adalah setiap negara mesti punya pasukan pertahanan kuat masing-masing, jadi NATO sangat adil untuk pertahanan bersama--tidak boleh ada penumpang gratis yang tak mengeluarkan uang tapi mengatakan 'saya adalah anggota aliansi'."
Namun, Braw dan para pakar lainnya juga mengakui bahwa NATO punya nilai lain di luar persoalan finansial. Aliansi ini memungkinkan AS mempunyai kehadiran yang kuat di Eropa, membantunya melawan pengaruh Rusia di kawasan.
Menurut data Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, di Jerman saja, AS punya 152 situs militer untuk angkata darat dan udara. Rumah sakit militer terbesar AS di luar negeri berada di Jerman, dan pangkalan di negara tersebut digunakan sebagai persinggahan untuk pulang-pergi ke Afghanistan.
AS juga punya enam persediaan nuklir di lima negara NATO--Jerman, Belgia, Italia, Belanda dan Turki--menurut Federasi Ilmuwan Amerika. Paman Sam juga menyimpan tank dan artileri di gua-gua Norwegia.
Karen von Hippel, direktur jenderal Royal United Service Institure (RUSI), menunjukkan keuntungan nonfinansial lain bagi AS sebagai anggota NATO, termasuk dukungan yang didapat saat terjadi konflik.
"Saya pikir dia tak mengerti apa yang dimaksud aliansi--apa yang dia tahu hanyalah, 'apa yang akan Anda beri pada saya dan apa gunanya buat saya?'," kata dia.
"Saya pikir dia tak mengerti hal lain yang didapatkan dari aliansi, apakah teman Anda berperang untuk Anda dan kehilangan nyawa. Maksud saya, jangan lupa, banyak negara pergi ke Irak dan Afghanistan dan banyak, banyak tentara gugur dari negara-negara itu, dan itu bukan perang mereka, itu perang Amerika."(*)