Lapangan Raden Wijaya: Jantung Sejarah dan Semangat Rakyat Mojokerto ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

Lapangan Raden Wijaya: Jantung Sejarah dan Semangat Rakyat Mojokerto

-

Baca Juga


Lapangan Raden Wijaya Surodinawan Prajurit Kulon Kota Mojokerto Jawa Timur 




Di tengah hiruk pikuk Kota Mojokerto, terdapat sebuah ruang terbuka yang luas, Lapangan Raden Wijaya, tepatnya di Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon. Bagi sebagian orang, ia mungkin hanya sebidang tanah lapang yang kurang terawat. Namun, bagi warga Mojokerto, dan bagi mereka yang mengenal kisahnya, Lapangan Raden Wijaya adalah sebuah kanvas sejarah yang hidup, tempat di mana masa lalu yang heroik bertemu dengan kehidupan modern yang dinamis.


Dari Delta Sungai Brantas hingga Pusat Pemerintahan Kuno


Untuk memahami Lapangan Raden Wijaya, kita harus mundur jauh ke belakang. Mojokerto adalah bagian dari delta Sungai Brantas, sebuah anugerah geografis yang subur dan strategis sejak ribuan tahun lalu. Tak heran, area ini menjadi denyut nadi peradaban kuno. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, wilayah Surodinawan dan Prajurit Kulon adalah bagian tak terpisahkan dari sistem Sungai Brantas, yang menopang lalu lintas perdagangan vital dan pertahanan melalui pelabuhan-pelabuhan strategis seperti Dermaga Canggu. Lapangan Raden Wijaya, yang kini berdekatan dengan anak Sungai Surodinawan, dulunya adalah bagian dari ekosistem sungai yang maha penting itu.






Ketika Majapahit meredup, takhta digantikan oleh kerajaan-kerajaan lain. Lapangan Raden Wijaya, yang lokasinya sangat dekat dengan pusat pemerintahan Kadipaten Japan (nama lama Mojokerto) di masa transisi kekuasaan ke Kerajaan Mataram, menjadi saksi bisu dari pergantian dinasti dan dinamika politik yang bergejolak.


Medan Perjuangan dan Asal Nama Prajurit Kulon


Kisah Lapangan Raden Wijaya berlanjut ke babak paling heroik: perjuangan kemerdekaan. Lapangan ini bukanlah sekadar tanah kosong, melainkan medan pertempuran para pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah kolonial Belanda. Setiap jengkal tanahnya menyimpan kisah keberanian dan pengorbanan.


Tak heran jika kecamatan di mana lapangan ini berada dinamai "Prajurit Kulon". Nama ini bukan semata penanda geografis barat ("kulon" berarti barat), melainkan simbol tempat pertahanan utama para prajurit di tapal batas wilayah Mojokerto Barat. Di sisi timur, ada pula kawasan Bangsal atau Bangsal Prajurit yang kini menjadi markas institusi militer penting seperti Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jatim dan Batalyon Para Raider 503 TNI AD, menegaskan strategi pertahanan yang terencana di seluruh Mojokerto.






Peran Lapangan Raden Wijaya semakin sentral saat Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya pecah. Ribuan masyarakat sipil Surabaya mengungsi ke Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, dan Gresik demi mencari perlindungan. Lapangan Raden Wijaya, dengan posisi strategisnya, menjadi salah satu titik penting dalam garis pertahanan dan mungkin juga pusat evakuasi atau konsolidasi para pengungsi. Koneksi historis inilah yang menjadi alasan mengapa tradisi gerak jalan peringatan sering mengambil titik awal dari Lapangan Raden Wijaya, dan berakhir di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya.


Transformasi di Era Modern: Dari Cita-cita Tak Tercapai hingga Jantung Komunitas


Setelah kemerdekaan, Lapangan Raden Wijaya sempat memiliki cita-cita besar. Pada awal tahun 2000-an, lapangan ini direncanakan menjadi sirkuit balapan motor atau pusat olahraga (sport center) bagi warga Mojokerto. Namun sayang, rencana-rencana besar itu tak pernah terealisasi akibat minimnya dukungan dan eksekusi dari pemerintah kota kala itu. Alhasil, lapangan ini tidak pernah mendapat perawatan khusus sebagaimana mestinya sebuah fasilitas resmi.


Meskipun "tidak terawat secara rapi", kegagalan pembangunan formal justru membuka jalan bagi identitasnya yang sekarang: sebuah ruang terbuka multifungsi yang organik. Setiap sore, terutama saat tidak ada acara besar, Lapangan Raden Wijaya berubah menjadi arena bermain riang anak-anak. Layang-layang warna-warni membelah langit, anak-anak berlarian mengejar, didampingi orang tua yang tak jarang ikut merasakan euforia masa kecil. Fenomena ini menjadi penawar di tengah gempuran gadget yang seringkali memenjara anak-anak dalam dunia digital.


Selain itu, lapangan ini juga menjadi venue favorit untuk berbagai acara outdoor. Mulai dari konser musik dangdut, pop, hingga reggae, semua pernah memeriahkan suasana lapangan ini. Keberadaan Koramil Prajurit Kulon Kodim 0815 dan Polsek Prajurit Kulon Polresta Kota Mojokerto tepat di depannya juga menegaskan statusnya sebagai area penting yang terawasi dan memiliki keterkaitan berkelanjutan dengan institusi negara.


Lebih dari Sekadar Lapangan


Lapangan Raden Wijaya Surodinawan adalah contoh nyata bagaimana sebuah lokasi dapat menyimpan berlapis-lapis sejarah, budaya, dan fungsi sosial. Dari akar geografisnya di delta Brantas, perannya di era Majapahit, panggung perjuangan kemerdekaan yang heroik, hingga menjadi ruang rekreasi dan sosial yang dicintai warga Mojokerto saat ini, lapangan ini adalah monumen hidup yang terus berdenyut.



Ia bukan hanya tempat untuk bermain layang-layang atau menggelar konser. Lapangan Raden Wijaya adalah pengingat akan masa lalu yang kaya, semangat pantang menyerah para prajurit, dan bukti bahwa sebuah ruang publik, meskipun sederhana, dapat menjadi jantung kehidupan dan memori kolektif sebuah kota. Sebuah kisah yang pantas untuk terus diceritakan dan dilestarikan.




Oleh DETAK INSPIRATIF 

Editor. : Djose 

Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode