WISATA BAHARI MOJOTIRTO REJOTO KOTA MOJOKERTO BUTUH SENTUHAN SERIUS
-Baca Juga
Uri-Uri Budaya Majapahit Ritual Larung Sesaji Mojotirto Kawasan Wisata Air Rejoto, Jum'at 22 Maret 2019 |
Kebesaran
dan kejayaan kerajaan Majapahit yang merupakan cikal bakalnya berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia itu, senantiasa menjadi kebanggan tersendiri bagi
warga Mojokerto. Sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhurnya atau
melestarikan budaya adi luhung, warga Kota Mojokerto dalam hal ini pemerintah
Kota Mojokerto menggelar acara ritual Mojotirto.
Dinamakan
Mojotirto, disebabkan Kerajaan Majapahit dikenal sebagai negara maritim yang tangguh.
Kerajaan Majapahit sendiri berdiri dengan dikelilingi sungai-sungai besar. Seperti
sungai brantas sebagai sumber mata air warga Majapahit. Hingga kini, sungai
brantas mengaliri sumber kehidupan warga Jawa Timur yang ada disekitar aliran
sungai brantas, seperti Malang, Blitar,Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto,
Sidoarjo dan Surabaya.
Walikota Mojokerto Ika Puspitasari Dan Wakil Walikota Achmad Rizal Zakaria, Menyerahkan 7 buah Kendil Kepada 7 Lurah Untuk Dilarung. |
Ruwatan
ritual Mojotirto dipusatkan di anak sungai brantas yakni kali (sungai ) Kotok
diperbatasan antara Kelurahan Pulorejo dan Kelurahan Blooto. Oleh Walikota Mas’ud
Yunus kawasan tersebut dinamakan Rejoto. Tujuan dari ritual ruwatan Mojotirto, akan
dijadikan kawasan wisata air yang nantinya diharapkan mampu berkembang sebagai
kawasan wisata dan mendongkrak perekonomian warga masyarakat Kota Mojokerto
bagian barat.
Pertumbuhan
ekonomi Kota Mojokerto lebih terpusat dibagian tengah. Untuk mengembangkannya
Walikota Mojokerto Ika Puspitasari mencari terobosan dengan menggalakan di sector
pariwisata. Kawasan yang bisa dikembangkan disektor pariwisata ada diwilayah
Kota Mojokerto bagian barat, yakni disekitar Kelurahan Pulorejo dan Blooto. Kawasan
tersebut masih memungkinkan, masih banyak aset Pemkot Mojokerto yang kosong dan
belum difungsikan.
Dikawasan
di dua Kelurahan bagian barat Kota Mojokerto itu, perkembangan perekonomianya
dibidang wiraswasta seperti, kerajinan sepatu, cor kuningan dan bertani. Dengan
adanya wisata air Mojotirto, diharapkan adanya keseriusan dari Pemkot Mojokerto
untuk menggarap pasar yang sudah didepan mata tersebut akan menjadikan ikon
baru Kota Mojokerto. Sebagai ganti wisata Tirta Suam yang telah mati suri itu.
Selama
dua hari warga Kota Mojokerto akan dimanjakan dengan hiburan wisata dan kesenian
serta dolanan anak tempo dulu.
Ika
Puspitasari, walikota Mojokerto berharap, MojoTirto Festival 2019 bisa menjadi
magnet atau daya tarik bagi warga Kota Mojokerto dan sekitarnya untuk
meramaikan wilayah Kota Mojokerto Barat dan sekaligus menjadi ajang Promosi
wisata bahari di Kota Mojokerto.
Ritual
Mojotirto dibuka dengan ritual larung 7 sumber mata air di Sungai Kotok. Sebanyak
7 cawan berisi air kembang dikirab oleh para penari berbusana putri Majapahit.
Air dari sumber di 7 kelurahan yang dilalui Sungai Kotok ini dikirab dari atas
Jembatan Rejoto menuju ke lokasi pembukaan festival, yakni di bantaran sungai
tepat di bawah jembatan tersebut.
FORPIMDA MOJOKERTO |
Kirab
juga diikuti ribuan warga dan pelajar yang memakai busana tradisional layaknya
di zaman Majapahit. Tiba di lokasi, air dalam 7 cawan ( red, Kendil Jawa) itu diserahkan ke 7 lurah. Para penari lantas
beraksi mempertunjukkan tarian “Bedoyo Air” di hadapan Forkopimda Kota
Mojokerto. Ritual dilanjutkan dengan penyerahan ketujuh kendil ke Wali Kota Ika
Puspitasari dan 6 anggota Forkopimda lainnya. Mereka lantas melarung ketujuh kendil
tersebut ke Sungai Kotok
"Kebetukan
bertepatan dengan hari air sedunia 22 Maret. Kita ucapkan syukur kepada Allah
SWT karena sepanjang tahun selalu berlimpah dengan air. Ini kelebihan yang kita
miliki," kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari kepada wartawan di
lokasi Mojotirto Festival, Jumat (22/3/2019).
Tak
hanya air dari 7 sumber yang dilarung, Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita itu
juga melepaskan 5 ribu benih ikan jenis rengkik atau baung ke Sungai Kotok.
Selain
itu pula, disediakan aneka makanan dan jajanan tempo dulu yang dikemas dalam
stand di Jembatan Rejoto, jajanan tempo dulu tahun tujuh puluhan khas
Mojokerto, onde-onde, cenil, getuk, sawut, ketela rambat, singkong goring,
klepon, madu mongso, ketan sambal, kucur, kerupuk, jamu kunyit, sari buah
markisa, sari asem jawa, jenang jawa, hingga kue serabi dan nasi jagung.
7 Orang Penari Bedoyo Air |
Ning
Ita menjelaskan, Mojotirto Festival sekaligus menjadi bukti warga kota
Mojokerto masih peduli dengan melestarikan ( red, uri-uri Jawa ) budaya leluhur
yakni Majapahit. "Kita harus bangga dulu Mojokerto menjadi ibu kota
Majapahit. Dengan spirit Majapahit, kami ajak seluruh elemen untuk bersinergi
wujudkan Kota Mojokerto yang maju," terangnya.
Dia
menambahkan, Mojotirto Festival tahun ini sengaja digelar di wilayah barat Kota
Mojokerto. Pihaknya berharap, wilayah yang kini masih sepi itu secara perlahan
menjadi pusat keramaian baru di Kota dengan tiga Kecamatan itu (Small Of Beautiful
).
"Ke
depan wilayah barat akan menjadi pusat keramaian, lokasi wisata yang layak
untuk dikunjungi. Saya yakin warga akan mendapatkan dampak ekonomi dan sosialnya,"
tandasnya.
Hari
pertama Mojotirto Festival pagi tadi diisi dengan sejumlah kegiatan, yaitu Program
Kali Bersih (Prokasih) serentak di Sungai Kotok, serta lomba mewarnai dan
musikalisasi puisi di Taman Kota, Kelurahan Pulorejo. Sementara di hari ke dua,
diisi dengan permainan tradisional di Jembatan Rejoto, lomba dayung di DAS
Brangkal, serta pasar tradisional dan ludruk di Jembatan Rejoto.
Jum’at,
22 Maret 2019
–
Prokasih (program kali bersih) di Sungai Kotok, Rejoto
–
Lomba Mewarnai di Hutan Kota, Pulorejo
–
Dan berbagai event di Jembatan Rejoto.
Mulai dari Pasar Tradisional, Kenduri Banyu, Kirap Mojopahit Tari Bedoyo Air,
Mocopat dan Tabur Benih Ikan.
Sabtu,
23 Maret 2019
–
Lomba Dayung di DAS Brangkal atau sekitar Jembatan Girli ( pinggir kali ),
Mentikan
–
Lomba Bercerita di Hutan Kota, Pulorejo.
–
Dan Pasar Tradisional di Jembatan Rejoto dan malamnya digelar kesenian Ludruk. (wib)