Perjalanan Membara Gus Barra ke SDN Gunungan
-Baca Juga
Udara Januari 2025 di Mojokerto terasa dingin menusuk tulang. Gus Barra, Wakil Bupati Mojokerto, mengusap kaca mobilnya, memandang hamparan sawah yang membentang luas di kanan kiri jalan. Perjalanan menuju SDN Gunungan, Kecamatan Dawarblandong, terasa berat. Bukan karena medan yang sulit, melainkan beban pikirannya yang menggelayut. Tiga ruangan sekolah ambruk. Bayangan itu terus menghantuinya. Senin, 30 Desember 2024, tahun yang seharusnya menjadi awal semangat dan bahagia, berubah menjadi hari penuh keprihatinan.
Mobilnya berhenti di depan SDN Gunungan. Bangunan sekolah yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu, kini tampak memprihatinkan. Atap ambruk, kayu-kayu penyangga patah berserakan, genteng pecah bertebaran di lantai. Gus Barra merasakan sesak di dadanya. Ia turun dari mobil, langkahnya berat. Bau tanah dan kayu basah memenuhi hidungnya.
Pak Sokip, kepala sekolah, menyambutnya dengan wajah yang penuh kelelahan dan keputusasaan. Matanya sembab, terlihat kelelahan yang teramat sangat.
Gus Barra: (menatap puing-puing bangunan) Innalillahi wa inna ilaihi rajiun… Atas nama Pemerintah Kabupaten Mojokerto, saya menyampaikan turut berduka cita atas kejadian ini, Pak Sokip. Bagaimana keadaan para siswa? Dan yang tak kalah penting, bagaimana kondisi kesehatan Bapak? Tampaknya Bapak sangat kelelahan.
Pak Sokip: (suaranya bergetar, hampir menangis) Alhamdulillah, Gus, tidak ada korban jiwa. Namun… melihat kondisi sekolah seperti ini… (menutup wajahnya dengan tangan) Saya… saya merasa gagal, Gus. Gagal melindungi anak-anak didik saya. Dan saya juga merasa gagal menjalankan tugas saya sebagai kepala sekolah.
Gus Barra: Pak Sokip, janganlah Bapak menyalahkan diri sendiri. Kejadian ini merupakan kegagalan sistem yang harus kita evaluasi dan perbaiki bersama. Saya memahami dedikasi dan kerja keras Bapak selama ini dalam mengelola sekolah ini.
Pak Sokip: (menggeleng) Saya telah beberapa kali mengajukan usulan perbaikan, Gus. Sejak tahun 2020! Namun… selalu saja tertunda. Saya sudah putus asa. Saya khawatir, jika kondisi ini berlanjut, para siswa akan semakin kehilangan semangat belajar.
Gus Barra: Saya mengerti kekhawatiran Bapak. Kapan terakhir kali dilakukan perbaikan di sekolah ini?
Pak Sokip: Renovasi besar terakhir dilakukan pada tahun 2009 oleh Pemerintah Kabupaten. Kemudian ada perbaikan kecil pada tahun 2019, dengan bantuan komite sekolah dan pemerintah desa. Namun… itu hanya bersifat sementara, Gus. Masalah strukturalnya tidak pernah teratasi. Pada tahun 2022 sudah mulai terlihat retak-retak di dinding dan plafon. Saya telah menyampaikan peringatan, Gus! Namun… (menunduk lesu) Percuma.
Gus Barra: Saya akan segera menindaklanjuti permasalahan ini. Ini bukan hanya masalah kerusakan bangunan, melainkan juga indikasi adanya permasalahan serius dalam pengelolaan proyek pembangunan sekolah di Kabupaten Mojokerto. Kita perlu melakukan evaluasi menyeluruh. Saya berjanji akan memperjuangkan perbaikan ini. Pendidikan merupakan pilar utama kemajuan bangsa, dan kita tidak boleh mengabaikannya. Dan yang tak kalah penting, kita harus memastikan bahwa Bapak mendapatkan dukungan yang memadai. Jangan sampai Bapak membebani diri sendiri.
Pak Sokip: (mengucapkan syukur, suaranya masih bergetar) Terima kasih, Gus. Semoga ada solusi terbaik untuk anak-anak kami. Semoga… (menahan air mata) Terima kasih atas perhatian dan kepedulian Bapak.
Gus Barra teringat kembali masa kecilnya. Sekolah sederhananya, bangunannya memang tak mewah, tapi kokoh dan aman. Ia membandingkan dengan kondisi SDN Gunungan saat ini. Ia merasa gagal. Sebagai Wakil Bupati, ia merasa bertanggung jawab atas kondisi memprihatinkan ini. Proyek-proyek sekolah yang seharusnya diprioritaskan, malah ternodai oleh korupsi. Pendidikan, kesehatan, ekonomi kebutuhan dasar bangsa terabaikan.
Ia berjanji pada Pak Sokip dan para guru akan segera mencari solusi. Bukan hanya perbaikan gedung, tapi juga evaluasi menyeluruh sistem pengelolaan proyek pembangunan sekolah di Kabupaten Mojokerto. Perjalanan Gus Barra ke SDN Gunungan bukanlah sekadar inspeksi biasa. Ini adalah perjalanan membara, perjalanan yang dipenuhi keprihatinan, dan perjalanan yang akan membakar semangatnya untuk memperjuangkan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak bangsa. Perjalanan yang akan mengubah banyak hal.
Penulis Dion
Editor Djose