๐ฐ PETANI TANPA PUPUK, SAWAH TANPA NAFAS. Komisi 2 DPRD Mojokerto Didesak Turun Gunung Hadapi Kelangkaan Subsidi
-Baca Juga
Kabupaten Mojokerto — Di tanah subur Mojopahit, petani menanam mimpi, tapi pupuk tak kunjung datang. Tahun 2025 seharusnya menjadi masa panen harapan, namun yang tumbuh justru kecemasan. Pasokan pupuk subsidi yang selama ini menjadi nyawa pertanian rakyat kembali langka, membuat petani seperti menggarap ladang dengan tangan kosong.
Di Kecamatan Trowulan, Ngoro, hingga Jetis, kisahnya sama: petani berbaris di depan kios, tapi pulang membawa kecewa. Padahal musim tanam tak bisa menunggu, dan benih tak bisa tumbuh dari tekad semata.
“Tiga kali saya ke kios, tiga kali saya pulang dengan tangan hampa,” keluh Pak Sabar, petani asal Balongwono. “Sawah saya kering bukan karena air, tapi karena janji yang tak ditepati.”
๐ Data yang Membungkam
Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, kebutuhan pupuk subsidi tahun ini mencapai hampir 40.000 ton. Namun realisasi dari pusat hanya sekitar 19.535 ton tak sampai separuhnya.
Dari jumlah itu:
Urea: 11.316 ton
NPK: 8.219 ton
Sementara jenis pupuk lainnya ZA, SP36, dan organik dihapus dari skema subsidi, membuat petani harus membeli dengan harga pasar yang terus melonjak.
“Kami swasembada tekad, tapi tak bisa swasembada pupuk,” kata Pak Joyo, petani dari Pungging dengan nada getir.
Komisi II DPRD
๐งจ Komisi 2 DPRD, Bangkit atau Diam?
Kelangkaan pupuk bukan sekadar persoalan distribusi, melainkan krisis keadilan agraria. Di tengah derita petani, publik bertanya: di mana Komisi 2 DPRD Kabupaten Mojokerto?
Sebagai mitra kerja Dinas Pertanian, Komisi 2 seharusnya tak tinggal diam. Mereka punya kewenangan:
Memanggil hearing terbuka
Menekan distributor dan Dinas melalui rekomendasi resmi
Mendorong realokasi kuota pupuk ke pusat
Namun hingga berita ini diturunkan, belum terdengar gebrakan yang menandakan wakil rakyat benar-benar hadir di tengah penderitaan rakyat.
“Kalau wakil rakyat hanya mendengarkan laporan dari ruang ber-AC, bagaimana mereka bisa mendengar suara lumpur yang merintih?” tanya seorang petani muda dari Kutorejo.
๐พ Swasembada Tapi Tersandera
Ironisnya, Mojokerto justru mencatatkan diri sebagai kabupaten dengan produksi padi tinggi: lebih dari 315.000 ton per tahun. Bahkan ditarget naik menjadi 319.000 ton di akhir 2025.
Namun pertanyaannya: apakah angka-angka itu datang dari petani yang bahagia, atau dari mereka yang bertahan di ujung keputusasaan?
Karena tanpa pupuk, sawah hanyalah padang harapan yang menunggu mati perlahan.
๐ฃ️ Suara dari Tanah
Suara petani adalah suara bumi. Mereka tak meminta banyak hanya keadilan dalam distribusi, dan dukungan nyata dari wakil yang katanya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Jika Komisi 2 tak segera bertindak, rakyat berhak menggugat:
Apakah kalian berdiri bersama pemilik sawah?
Atau bersama pemilik kuota?
๐ Jangan Biarkan Sawah Jadi Saksi Diam
Di tanah tempat Gajah Mada pernah bersumpah, hari ini para petani bersumpah dengan cara yang berbeda: mereka tidak akan berhenti menanam. Tapi mereka ingin tahu, siapa yang masih berdiri bersama mereka.
Karena pupuk itu bukan barang mewah. Ia adalah nafas kehidupan bagi mereka yang memberi makan negeri.
Writer Arya Dwipangga
Editor Haryo Tambak Seganggeng