Kisah Heroik Pasukan Yonif 131/Brajasakti di Bumi Cenderawasih Lebih dari Sekadar Pasukan Tempur
-Baca Juga
PAPUA - Sore gerimis di Muara Tami, perbatasan RI-PNG, awalnya tenang. Namun, jeritan warga memecah kesunyian: seseorang hendak bunuh diri di Sungai Muara Tami, sungai yang dikenal sebagai habitat buaya. Lettu Inf Arjunti Harahap, Komandan Pos Muara Tami, segera memerintahkan tim reaksi cepat di bawah pimpinan Sertu Hamen untuk melakukan penyelamatan. Dengan sigap dan profesional, mereka tiba di lokasi. Seorang pria paruh baya, terpukul karena kehilangan istri akibat malaria, berdiri di tepi sungai, berniat mengakhiri hidupnya.
Bukannya dengan senjata, Serda Raka dan Pratu Yoga mendekatinya dengan empati, berbagi pengalaman kehilangan dan menawarkan harapan. Lima menit menegangkan—dengan ancaman buaya dan angin dingin—berlalu. Akhirnya, pria itu menyerah pada kepedulian prajurit Brajasakti. Ia diselamatkan, dihangatkan, dan dihibur. Kisah ini, yang disampaikan oleh Elson Kogoya, keluarga dari Marlinus, menunjukkan sisi kemanusiaan Yonif 131/Brajasakti yang melampaui tugas menjaga keamanan. Lettu Inf Arjunti Harahap menegaskan, Brajasakti tak hanya mengamankan wilayah, tetapi juga menjadi solusi atas permasalahan sosial masyarakat Papua, menjadi "Sahabat Masyarakat Papua."
Beberapa hari kemudian, pria yang hampir mengakhiri hidupnya itu, telah berubah. Ia membantu di dapur lapangan, membersihkan sungai, dan bercanda dengan para prajurit. Foto istrinya tetap ia genggam, tetapi bukan lagi sebagai lambang keputusasaan, melainkan sebagai pengingat untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Yonif 131/Brajasakti, dengan nama yang berarti “petir yang sakti,” memang dikenal sebagai pasukan tempur yang tangguh dan disiplin. Sejarah panjangnya mencatat peran penting dalam berbagai operasi, dari penumpasan pemberontakan hingga misi perdamaian PBB. Namun, kisah di Muara Tami menunjukkan bahwa mereka lebih dari sekadar pasukan tempur. Mereka adalah pejuang yang tangguh namun juga penyayang, cepat seperti petir dalam bertindak, namun lembut seperti embun dalam menyentuh hati. Mereka adalah penjaga harapan dan pelindung jiwa-jiwa rapuh di pelosok negeri, membuktikan bahwa kekuatan sejati terletak pada kombinasi kemampuan tempur yang handal dan kepekaan sosial yang tinggi. Brajasakti, bukan hanya nama satuan, tetapi juga cerminan jiwa korsa, disiplin, dan kepedulian yang membuat mereka lebih dari sekadar pasukan, mereka adalah pahlawan modern Indonesia.
Yonif 131/Brajasakti, bermarkas di Payakumbuh, Sumatera Barat, adalah batalyon infanteri di bawah Kodam I/Bukit Barisan. Nama "Brajasakti," gabungan kata Sansekerta "braja" (petir) dan "sakti" (berkuasa), merefleksikan kekuatan dan kehebatannya. Lebih dari sekadar nama, Brajasakti mencerminkan filosofi pasukan ini: cepat dan tepat seperti petir dalam menjalankan tugas, sakti dalam strategi tempur, dan teguh dalam menjaga kehormatan bangsa dan rakyat.
Sejarah panjang Yonif 131/Brajasakti diwarnai partisipasi dalam berbagai operasi penting:
Penumpasan Pemberontakan DI/TII dan PRRI: Yonif 131 berperan penting dalam mengamankan kesatuan dan keutuhan NKRI di masa awal kemerdekaan.
Pengamanan Perbatasan: Mereka bertugas di perbatasan Papua, Kalimantan, dan Nusa Tenggara, menjaga kedaulatan negara sekaligus membina masyarakat setempat. Penugasan di perbatasan RI-PNG, seperti yang terlihat dalam kisah penyelamatan di Muara Tami, menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga keamanan dan melindungi warga.
Operasi Pemulihan Keamanan: Yonif 131 turut berperan dalam memulihkan keamanan di Aceh dan Poso, menghadapi berbagai tantangan keamanan.
Misi Perdamaian PBB: Partisipasi dalam misi penjaga perdamaian PBB, misalnya di Lebanon (UNIFIL), menunjukkan pengakuan internasional atas profesionalisme dan kemampuan mereka.
Sebagai pasukan infanteri, Yonif 131/Brajasakti terkenal akan disiplin baja, jiwa korsa yang tinggi, dan kemampuan tempur yang handal, terutama dalam operasi gerilya di hutan dan pegunungan. Mereka juga aktif dalam kegiatan sosial dan teritorial, seperti bakti sosial, pengamanan pemilu, dan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), menunjukkan komitmen mereka terhadap masyarakat. Latihan fisik dan mental yang rutin memastikan mereka siap menghadapi tantangan di medan apapun.
Simbol baret hijau khas infanteri dan lambang petir di logo satuan semakin memperkuat identitas dan filosofi Yonif 131/Brajasakti: cepat, tegas, dan kuat. Mereka bukan hanya pasukan petir di medan perang, tetapi juga pelindung dan sahabat bagi masyarakat, sebuah bukti nyata bahwa kekuatan militer yang sesungguhnya terletak pada kemampuan tempur diimbangi dengan kepedulian dan kemanusiaan. Yonif 131/Brajasakti, adalah kebanggaan masyarakat Minangkabau dan juga lambang kejayaan TNI AD.
Writer: Puspen TNI
Editor: Djose