Dari Jejak Perjuangan ke Panggung Budaya: Desa Wringinrejo Bersiap Gelar Carnival Nusantara
-Baca Juga
MOJOKERTO, Jawa Timur – Suasana kemerdekaan di Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Mojokerto, terasa istimewa tahun ini. Warga desa tengah bersiap menggelar Carnival Budaya Nusantara pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Acara ini diharapkan menjadi puncak perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia di kawasan tersebut.
Kepala Desa Wringinrejo, H. Suhartono, mengatakan alasan pemilihan tanggal akhir Agustus agar masyarakat punya waktu beristirahat pada Minggu sebelum memasuki aktivitas padat awal bulan.
“Carnival ini bukan sekadar hiburan, tapi ruang meneguhkan cinta tanah air. Dari Sabang sampai Merauke, semua budaya kita rayakan di sini,” ujarnya.
Jejak Perjuangan: Dari Karangkedawang ke Wringinrejo
Carnival kali ini terasa makin bermakna karena Desa Wringinrejo berdiri di tanah yang sarat sejarah. Tak jauh dari sini, Desa Karangkedawang pernah menjadi basis pertahanan pejuang dalam pertempuran 1945 di Alun-Alun Kota Mojokerto.
Wringinrejo sendiri menjadi titik serangan kolonial Belanda, yang menurunkan senjata berat berupa cannon mortir untuk menghantam pertahanan rakyat. Dalam catatan lisan warga, dentuman mortir kala itu bukan hanya merusak tanah dan bangunan, tapi juga menguji keteguhan hati rakyat yang bersatu mempertahankan kemerdekaan.
Di medan pertempuran inilah, nama besar Kompi Kucing Hitam melegenda. Pasukan yang dipimpin Kolonel Kamas Setyoadi dikenal dengan keberanian gerilyanya. Mereka tidak gentar menghadapi persenjataan modern Belanda. Bahkan, di tahun 1980-an hingga 2000-an, lapangan sepak bola di dekat Wringinrejo diberi nama Lapangan Kucing Hitam, sebelum kemudian berubah menjadi Lapangan Singo Yudho. Nama itu adalah penghormatan pada pasukan gerilya yang berjuang tanpa pamrih demi merah putih tetap berkibar.
Dari Darah ke Budaya
Kini, delapan dekade setelah proklamasi, Wringinrejo bertransformasi. Jika dulu tanah ini menjadi saksi darah dan air mata, maka kini ia menjadi ruang perayaan budaya. Carnival Budaya Nusantara akan menampilkan parade kostum adat, tarian, musik tradisional, hingga kreasi seni anak muda yang mewakili ragam pesona Indonesia.
Momentum ini bukan sekadar pesta. Ia adalah pengingat bahwa NKRI berdiri kokoh bukan karena pemberian penjajah, melainkan hasil rebutan dengan darah dan nyawa para pejuang dan rakyat Indonesia. Dari semangat perlawanan itu, kini lahirlah semangat merayakan persatuan melalui budaya.