Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…
-Baca Juga
Duka mendalam menyelimuti Kota Mojokerto. Seperti gunung Merapi yang meletus, melepaskan abu vulkanik yang menyelimuti langit, kepergian Drs. KH. Mohammad Sholeh Hasan atau Mbah KH. Sholeh Hasan, sapaan akrabnya pada Minggu 16 Februari 2025 dini hari sekitar pukul 00.30 WIB, telah meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi seluruh masyarakat Mojokerto Jawa Timur. Kepergian beliau bagaikan mentari yang terbenam di ufuk barat, meninggalkan langit senja yang penuh haru.
Beliau bukan sekadar ulama, melainkan seperti pohon beringin yang menaungi masyarakat Mojokerto. Perjuangan beliau melawan penyakitnya bagaikan seorang petani yang gigih membajak sawah, meski badai menerjang, semangatnya tak pernah surut. Kini, petani itu telah pulang ke rumah, menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh khidmat.
Hingga akhir hayatnya, beliau tetap menjadi panutan, pengurus harian MUI Kota Mojokerto sampai tahun 2028, dan pernah memimpin organisasi tersebut dengan penuh kebijaksanaan. Suaranya yang dulu mengalun indah di Masjid Agung Al Fattah Alun Alun Kota Mojokerto setiap Sabtu pagi, bagaikan tembang dolanan yang menenangkan hati, kini telah sunyi, namun melodinya tetap terukir dalam ingatan.
Mbah KH. Sholeh Hasan bukan hanya pemimpin agama, tetapi juga seperti seorang kyai kampung yang bijak, menuntun umatnya dengan kasih sayang. Kehadiran beliau bagaikan embun pagi yang menyejukkan, menyegarkan jiwa yang haus akan tuntunan. Ajaran-ajarannya, bagaikan batik tulis yang indah, sarat makna dan penuh keindahan.
Penjabat Walikota Mojokerto, Bapak Moh. Ali Kuncoro, mewakili seluruh warga Kota Mojokerto menyampaikan duka cita yang mendalam. Kepergian beliau bagaikan kehilangan pusaka keluarga yang berharga; dunia terasa lebih hampa. Namun, warisan kebaikannya akan tetap lestari, seperti batik tulis yang diwariskan turun-temurun. Kisah hidupnya akan menjadi cerita rakyat, sebuah inspirasi bagi generasi mendatang untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya Jawa dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Budaya Jawa kaya akan nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun, membentuk karakter dan perilaku masyarakat Jawa. antara lain: Hamemayu Hayuning Bawana (Melestarikan Keselamatan dan Kebahagiaan Dunia)
Menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam dan manusia.
Mengajarkan untuk hidup berdampingan dengan alam dan saling menghormati.
Contoh: Menghormati alam, menjaga kebersihan lingkungan, dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (Di Depan Menjadi Teladan, Di Tengah Membangun Semangat, Di Belakang Memberi Dorongan)
Menekankan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan inspiratif.
Mengajarkan untuk selalu memberikan contoh yang baik, memotivasi, dan mendukung orang lain.
Contoh: Memimpin dengan penuh kasih sayang, memberikan semangat kepada orang lain, dan membantu mereka yang membutuhkan.
Ngraksa, Ngraket, Ngrumat (Menjaga, Merawat, dan Menghormati)
Mengajarkan untuk menjaga dan merawat segala sesuatu dengan baik, termasuk diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Menekankan pentingnya menghormati orang tua, guru, dan orang yang lebih tua.
Contoh: Menjaga kebersihan, menghormati orang tua, dan merawat lingkungan.
Mitra, Tata, Krama (Persahabatan, Tata Krama, dan Kesopanan)
Menekankan pentingnya hidup rukun dan harmonis dalam masyarakat.
Mengajarkan untuk bersikap sopan, hormat, dan santun dalam bergaul.
Contoh: Menyapa dengan ramah, menghormati orang lain, dan bersikap sopan santun.
Nrimo Ing Pandum (Menerima dengan Ikhlas)
Mengajarkan untuk menerima takdir dengan ikhlas dan sabar.
Menghadapi kesulitan dan tantangan dengan tenang dan optimis.
Contoh: Menerima kekurangan diri dengan lapang dada, menghadapi ujian dengan sabar, dan bersyukur atas nikmat yang diterima.
Nilai-nilai luhur ini menjadi pedoman hidup masyarakat Jawa dan membentuk karakter yang ramah, sopan, santun, dan penuh kasih sayang. Nilai-nilai ini juga menjadi dasar bagi pengembangan budaya Jawa yang kaya dan bermakna.
Nilai luhur Jawa masih sangat relevan di zaman modern, bahkan lebih penting dari sebelumnya. Meskipun zaman berubah dengan cepat, nilai-nilai luhur ini tetap menjadi landasan moral yang kuat untuk menghadapi tantangan modern.
Alasan mengapa nilai luhur Jawa masih relevan di zaman modern.
Mengajarkan Keharmonisan: Dalam era individualisme yang kuat, nilai-nilai Jawa seperti Hamemayu Hayuning Bawana dan Mitra, Tata, Krama mengajarkan pentingnya hidup berdampingan dengan damai, menghormati perbedaan, dan membangun hubungan sosial yang sehat. Hal ini sangat penting dalam masyarakat yang semakin kompleks dan beragam.
Membangun Karakter yang Tangguh: Nilai luhur Jawa seperti Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani mengajarkan kepemimpinan yang inspiratif, kepedulian terhadap sesama, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan. Karakter ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global dan tantangan teknologi yang cepat berkembang.
Menciptakan Ketenangan dan Kesabaran: Nilai Nrimo Ing Pandum mengajarkan untuk menerima takdir dengan ikhlas dan tenang. Hal ini sangat penting dalam menghadapi ketidakpastian di zaman modern, ketika perubahan terjadi begitu cepat dan tak terduga. Kemampuan untuk menerima dan beradaptasi dengan perubahan dengan tenang akan membantu kita menghadapi tantangan dengan lebih bijaksana.
Menjaga Kearifan Lokal: Nilai luhur Jawa merupakan bagian penting dari identitas budaya Jawa. Menjunjung tinggi nilai luhur ini akan membantu kita dalam melestarikan tradisi dan budaya Jawa yang kaya dan bermakna. Hal ini penting dalam era globalisasi yang mengancam kelestarian budaya lokal.
Meskipun nilai luhur Jawa mungkin perlu diinterpretasi ulang agar sesuai dengan konteks zaman modern, inti dari nilai-nilai tersebut masih relevan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai luhur ini akan terus menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Jawa dalam menghadapi tantangan dan kesempatan di masa depan.
Penulis Dion
Editor Djose