Kisah Mbah Sayyid Sulaiman: Perjalanan Wali dari Tanah Cirebon ke Bumi Jombang ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

Kisah Mbah Sayyid Sulaiman: Perjalanan Wali dari Tanah Cirebon ke Bumi Jombang

-

Baca Juga

Makam Sayyid Sulaiman Desa Betek Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Jatim


Alkisah, pada suatu masa ketika cahaya Islam mulai menyinari tanah Jawa, lahirlah seorang bayi yang kelak menjadi lentera bagi umat. Ia adalah Sayyid Sulaiman, putra dari Sayyid Abdurrahman Ba Syaiban, seorang ulama mulia dari Yaman. Lebih istimewa lagi, darah suci mengalir dalam nadinya, sebab sang ibunda adalah putri dari Syarif Hidayatullah, yang tak lain adalah Sunan Gunung Jati, salah seorang dari Wali Songo yang agung. Dari garis nasab yang demikian mulia, terpancar aura keulamaan dan karisma yang tak tertandingi pada diri Sayyid Sulaiman.

Sejak belia, Sayyid Sulaiman tumbuh dalam didikan agama yang kental. Ilmu-ilmu langit ia lahap, akhlak mulia ia genggam erat. Hatinya terpanggil untuk menyebarkan syiar Islam ke seluruh penjuru, membawa kedamaian dan kebenaran ajaran Nabi Muhammad SAW. Perjalanan dakwahnya teramat panjang dan penuh liku. Dari tanah kelahirannya di Cirebon, ia melangkah menuju berbagai daerah di Jawa, tak gentar menghadapi rintangan.

Konon, pengaruh dakwah Sayyid Sulaiman yang begitu kuat dan menyentuh hati rakyat, justru membuat resah para penguasa asing, yaitu penjajah Belanda. Mereka tak kuasa menahan pesona dan karisma beliau. 

Maka, diputuskanlah untuk mengasingkan Sayyid Sulaiman ke tanah timur, berharap bisa meredupkan cahayanya. Namun, takdir Allah berkata lain. 

Pengasingan itu justru membuka jalan bagi Sayyid Sulaiman untuk menyemai benih-benih Islam di wilayah-wilayah baru. Dari Pekalongan, beliau melanjutkan langkah ke Solo, lalu menuju Surabaya, mengembara dari satu tempat ke tempat lain, tak henti berdakwah dan membimbing umat.

Di Pasuruan, jejak keagungan beliau terpahat abadi. Dengan segenap karomah dan kebijaksanaannya, Sayyid Sulaiman membabat alas sebuah daerah yang kelak dikenal sebagai Sidogiri. Di sanalah, dengan tangan beliau yang mulia, didirikanlah Pondok Pesantren Sidogiri, sebuah mercusuar ilmu dan peradaban Islam yang masih berdiri kokoh hingga kini, melahirkan ribuan santri dan ulama yang tersebar di seluruh Nusantara. Ini menunjukkan bahwa fokus utama beliau adalah pembinaan umat melalui jalur pendidikan dan spiritual.

"Babat Alas" Wonosalam: Pertarungan Spiritual di Rimba Angker

Namun, pengabdian Sayyid Sulaiman tak berhenti di situ. Konon, dalam perjalanannya dari Pasuruan menuju Jombang, beliau juga singgah dan memberikan sumbangsih besar dalam membuka wilayah yang dahulu amat terpencil dan lebat dengan hutan, yaitu Wonosalam. Cerita rakyat mengisahkan, Wonosalam di masa itu bukanlah hutan biasa. Ia adalah rimba angker yang dihuni oleh bangsa jin dan makhluk tak kasat mata, yang menjaga ketat setiap jengkal tanahnya. Penduduk tak berani mendekat, apalagi membabatnya.

Ketika Mbah Sayyid Sulaiman tiba, beliau merasakan aura mistis yang begitu kuat. Dengan cahaya keimanan dan kekuatan spiritual yang dianugerahkan Allah, beliau tak gentar. Beliau mulai melantunkan ayat-ayat suci, berzikir dengan khusyuk, memohon pertolongan Ilahi untuk menaklukkan kekuatan gaib yang bersemayam di sana.

Maka, terjadilah "pertarungan" spiritual yang tak terlihat oleh mata biasa. Pasukan jin penunggu hutan berusaha menghalangi, mengirimkan berbagai teror dan godaan. Namun, Mbah Sayyid Sulaiman menghadapi semuanya dengan ketenangan dan karomah. Setiap zikirnya adalah tameng, setiap doanya adalah senjata. Aura sucinya memudaratkan segala kebatilan.

Seiring berjalannya waktu, berkat kegigihan dan kesucian beliau, hutan Wonosalam perlahan takluk. Para jin penunggu yang dahulu angkuh, kini tunduk, sebagian pergi menjauh, sebagian lagi bahkan berjanji untuk tidak mengganggu manusia yang akan menghuni daerah itu. Demikianlah, Mbah Sayyid Sulaiman tidak hanya membabat alas secara fisik, tetapi juga "mengislamkan" dan "mendamaikan" hutan itu secara spiritual. Wilayah yang dahulu dikenal angker, kini menjadi tanah yang siap dihuni dan dipenuhi keberkahan, sebuah "Wonosalam" (hutan yang damai atau selamat).

Wafat dalam Perjalanan: Makam di Desa Betek Mojoagung

Makam Sayyid Sulaiman

Perjalanan panjang sang wali akhirnya menemui garis takdir di tanah Jombang. Saat berada di Desa Betek, Kecamatan Mojoagung, di tengah perjalanan dakwahnya yang tak kunjung usai, Sayyid Sulaiman jatuh sakit. Allah SWT memanggilnya kembali ke haribaan-Nya. 

Di sanalah, di Desa Betek, jasad mulia beliau dimakamkan, mengakhiri pengabdian seumur hidup dalam menyebarkan cahaya Islam.

Meskipun tak banyak peninggalan berupa benda atau bangunan yang secara khusus ditemukan di sekitar makamnya sebab beliau wafat dalam perjalanan, bukan menetap namun makam beliau menjadi penanda paling utama. 

Keberadaan makam ini teridentifikasi dan diyakini secara turun-temurun oleh para murid, ulama, dan masyarakat setempat. Mereka menjaga cerita dan sanad keilmuan yang terhubung langsung dengan beliau, meneruskan warisan tak benda yang jauh lebih berharga dari sekadar materi.

Hingga kini, makam Mbah Sayyid Sulaiman di Desa Betek, Mojoagung, tak pernah sepi dari peziarah. Ribuan umat datang silih berganti, memanjatkan doa, mengambil berkah, dan mengenang perjuangan seorang wali Allah yang telah menorehkan jejak tak terhapuskan dalam sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa. 

Beliau memang telah tiada, namun cahayanya terus menyinari, abadi dalam ingatan dan sanubari umat.



Writer damaroblek

Editor AGanDamarStronking


Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode