Obituari: Marsma TNI AU Fajar Adriyanto — Sang Red Wolf Terakhir Telah Terbang Menuju Langit Abadi
-Baca Juga
Pria yang dikenal luas dengan call sign "Red Wolf" itu wafat dalam usia 55 tahun. Kepergiannya tidak hanya menyisakan duka di kalangan TNI AU, tetapi juga dalam hati para pecinta langit, sesama pilot, dan insan penerbangan nasional.
Jejak Sang Penjaga Langit
Lahir pada 20 Juni 1970 di Bandung, Fajar Adriyanto merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1992. Sejak muda, dirinya telah diproyeksikan sebagai penerbang tempur terbaik. Ia mengabdikan sebagian besar karier militernya sebagai pilot pesawat F‑16 Fighting Falcon di Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi.
Sosoknya mulai dikenal luas saat terlibat dalam misi pengusiran dua pesawat F/A‑18 Hornet milik AL AS yang memasuki langit Bawean, tahun 2003. Dalam momen penuh ketegangan itu, Fajar adalah salah satu dari dua pilot F‑16 yang berhasil menghadang dan mengawal jet asing itu keluar dari wilayah kedaulatan RI — tanpa menyalakan radar tempur. Itulah hari ketika “Red Wolf” menjadi legenda udara.
Dari Langit Tempur ke Komando Komunikasi
Selain tangguh di kokpit, Fajar Adriyanto juga dikenal sebagai pemimpin teladan. Ia menjabat sebagai:
Komandan Skadron Udara 3 (2007–2010),
Komandan Lanud Manuhua (2017–2019),
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (2019–2020),
Kapuspotdirga (2020–2023), Hingga terakhir menjabat sebagai Kapoksahli Kodiklatau sejak Desember 2024.
Di berbagai penugasannya, ia selalu tampil lugas, disiplin, dan menjunjung tinggi integritas. Bahkan di masa pensiun, ia tetap aktif di dunia kedirgantaraan sipil melalui kegiatan olahraga udara bersama Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI).
Terbang dan Tak Pernah Jatuh Secara Jiwa
Dalam tragedi di Cibanteng, Bogor, almarhum menjadi pilot utama dalam latihan rutin dengan pesawat latih ringan. Meski telah purna tugas secara administratif, jiwa militernya tak pernah pensiun dari langit.
"Dia tak sekadar pilot, tapi penjaga langit bangsa dan kini ia kembali ke langit abadi," ucap salah satu sahabatnya di Lanud Atang Sendjaja.
Penerbang dengan Tesis Terbaik
Fajar bukan hanya jago mengendalikan jet tempur. Ia juga cerdas secara akademis. Dalam program S-2 di Universitas Pertahanan RI, ia meraih tesis terbaik di bidang manajemen bencana dan keamanan nasional. Ini memperlihatkan bahwa langit bukan batasnya — bahkan dalam pemikiran strategis, ia tetap melambung tinggi.
Kehilangan Seorang Mentor
Bagi para penerbang muda, almarhum adalah mentor yang murah senyum, penuh cerita langit, dan sangat disiplin. Ia tidak hanya mengajar teknik terbang, tetapi juga filosofi tentang kehormatan sebagai penerbang dan prajurit.
Selamat Jalan, Red Wolf
Dengan baret biru, helm tempur, dan senyum tenangnya Marsma TNI AU Fajar Adriyanto meninggalkan dunia fana, namun namanya akan abadi di ruang-ruang pendidikan penerbangan, di cockpit simulator para taruna, dan dalam setiap cerita tentang langit Indonesia.
Ia telah terbang tinggi, dan kini kembali pulang ke langitnya.
Selamat jalan, Red Wolf. Langit Indonesia kehilangan penjaganya.