Atap Langit yang Runtuh: Dini Hari Panik di Pesantren Situbondo
-Baca Juga
Situbondo — Dini hari yang biasanya sunyi berubah jadi jeritan dan doa. Sekitar pukul 02.30 WIB, atap bangunan asrama putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani, Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, ambruk setelah diguyur hujan deras berjam-jam.
Bangunan itu luluh lantak, menimpa 19 santriwati yang tengah beristirahat.
Suasana yang semula damai mendadak jadi porak-poranda. Gemuruh dari arah bukit di belakang pondok disusul suara kayu patah dan tembok roboh.
“Kami semua terbangun, listrik padam, dan langsung berlari keluar sambil berteriak minta tolong,” ujar Nadila (15), salah satu santri yang selamat dengan luka di bahu kanan.
Satu Santri Wafat, Empat Luka Berat, Lainnya Trauma
Menurut data sementara Polres Situbondo dan BPBD setempat, terdapat 1 santriwati meninggal dunia dan 4 lainnya mengalami luka berat.
Mereka langsung dilarikan ke RSU dr. Abdoer Rahem Situbondo dan Puskesmas Besuki untuk mendapatkan perawatan intensif.
Santriwati yang meninggal telah diserahkan kepada keluarga dan dimakamkan pada sore harinya di kampung halamannya di Kecamatan Banyuputih dengan iringan doa dari ratusan warga.
Kapolres Situbondo AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto membenarkan kejadian tersebut.
“Kami sudah olah TKP dan memastikan tidak ada korban lain tertimbun. Penyebab sementara adalah struktur bangunan bagian atap yang lapuk dan tidak mampu menahan beban setelah hujan deras,” ujarnya.
Pondok Tua dengan Sejarah Panjang
Pondok pesantren ini bukan pondok baru. Berdiri sejak awal tahun 1990-an, didirikan oleh KH. Syekh Abdul Qodir Jaelani, seorang ulama kharismatik yang dikenal sebagai pengajar kitab kuning klasik dan pendidik para penghafal Al-Qur’an di pesisir timur Situbondo.
Dalam sejarahnya, pondok ini telah melahirkan banyak dai muda dan guru ngaji yang tersebar di berbagai daerah Jawa Timur.
Bangunan asrama putri yang roboh diketahui merupakan bagian tertua dari kompleks pesantren, dibangun lebih dari 25 tahun lalu menggunakan rangka kayu. Menurut para pengurus, sebagian bangunan sudah direncanakan untuk direnovasi tahun depan.
Penanganan Cepat, Empati Mengalir
Beberapa jam setelah kejadian, tim BPBD Kabupaten Situbondo, TNI-Polri, dan relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) turun ke lokasi membantu evakuasi.
Tenda darurat dan dapur umum didirikan di halaman pesantren. Pemerintah daerah melalui Dinas Sosial menyalurkan bantuan logistik berupa makanan siap saji, selimut, dan kebutuhan pokok lainnya.
Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, S.Sos., M.SM. (tengah) Ketika hadir di acara kegiatan Alumni UNEJ di Surabaya beberapa bulan lalu. Tampak, Ketua Penasehat Alumni UNEJ, bapak H. Drs. Joedha Hadi Soewignjo, ESB.(baju putih)
Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, S.Sos., M.SM. turut hadir meninjau lokasi dan menyampaikan bela sungkawa:
“Ini duka kita semua. Pemerintah akan membantu proses renovasi pondok dan memastikan seluruh santri mendapat tempat yang aman untuk belajar dan beribadah.”
Pelajaran Pahit tentang Mitigasi Bencana
Menurut BPBD Situbondo, kawasan Blimbing dan sekitarnya termasuk dalam zona rawan gerakan tanah dengan curah hujan tinggi.
Pihak BPBD menyebutkan akan segera melakukan evaluasi tata ruang dan edukasi mitigasi bencana ke pondok-pondok pesantren dan sekolah berasrama di seluruh wilayah kabupaten.
Kepala BPBD Situbondo, Zainul Arifin, menyatakan:
“Kami akan melakukan pendataan ulang terhadap pondok-pondok yang berada di lereng dan bantaran sungai. Musibah ini menjadi peringatan penting agar ke depan ada kesiapsiagaan dan perencanaan pembangunan yang lebih aman.”
Tangis, Doa, dan Harapan
Sore itu, udara lembab membawa aroma tanah basah dan air mata. Para santriwati duduk bersimpuh di halaman, melantunkan tahlil dan doa bersama.
Di tengah tenda darurat, sang pengasuh pondok, KH. Ahmad Fauzi, berbicara lirih:
“Kami tidak menyalahkan siapa pun. Ini kehendak Allah. Tapi kami berharap dari kejadian ini, pemerintah lebih memperhatikan kondisi pondok-pondok yang berada di wilayah rawan. Santri-santri kami adalah generasi masa depan umat.”
Malam pun turun kembali di pesantren itu, sunyi tapi tidak kehilangan cahaya.
Di bawah tenda biru, para santri menatap langit yang baru saja mereka yakini runtuh tapi hati mereka tetap tegak berdzikir.
“Kami tidak kehilangan iman, hanya kehilangan kamar,” kata seorang santri kecil, membuat para relawan terdiam dalam haru.
Catatan Redaksi:
Musibah di Situbondo bukan hanya soal bangunan yang ambruk, tapi juga sinyal bahaya tentang lemahnya mitigasi di lembaga pendidikan berbasis asrama.
Investigasi Detak Inspiratif selanjutnya akan menelusuri peta rawan longsor di wilayah Tapal Kuda dan kondisi pondok-pondok pesantren tua yang perlu perhatian lebih serius dari negara.
