“Rahwana Gandrung Sinta Ngadiluwih KEDIRI”
-Baca Juga
Ketika Pegawai Notaris Menggoyang Cinta Perangkat Desa
Di sebuah Warkop kecil di pinggir jalan Desa Mangunreja, aroma kopi hitam bercampur kisah getir rumah tangga. Ella, mama muda dua bocah, mengadu nasibnya bukan ke polisi, tapi ke radio lokal Kediri. Katanya, suaminya berinisial Nulla, perangkat desa jabatan Kaur Umum sudah tak lagi sayang.
“Sekarang aku sama anak-anak sudah dipulangno ke rumah ibuku,” lirih Ella di udara radio, dengan suara yang getar tapi tegas.
Kabar pun bergulir. Ternyata sang suami tengah gandrung dengan pegawai notaris di wilayah Ngadiluwih. Bukan cinta biasa, tapi cinta yang bikin jungkir balik 380 derajat Celsius, kata Ella dengan nada getir tapi lucu, “jungkir balik kabeh iki, Mas...”
Pihak Pemdes sudah sempat memediasi. Tapi seperti kisah wayang, Nulla sudah berubah jadi Rahwana Gandrung Sinta.
 “Haduh Sinta... sehari gak ketemu awakmu, rasane dunia iki kebalik kabeh,” begitu kira-kira hatinya bergumam.
Pegawai notaris itu konon anggun, bodinya “mirip gitar Spanyol”, kata warga. Dan di situlah nada-nada asmara fals mulai dimainkan.
Ella, di sisi lain, hanya bisa berharap pemerintah desa dan Pemkab Kediri tidak tutup mata. “Aku cuma pengin keadilan, biar ada sanksi buat suamiku yang lupa anak-istri.”
Sementara di pojok Warkop, seorang bapak tua nyeletuk sambil nyeruput kopi,
“Kata Gombloh, kalau cinta sudah melekat, tahi kucing rasa coklat...”
 Semua pun ngakak, tapi di balik tawa itu ada getir kehidupan: cinta yang salah tempat, bisa membakar rumah tangga sendiri.
Begitulah kisah nyata dari Mangunreja, balada kopi, cinta, dan kegilaan.
 Karena di Warkop, bukan cuma kopi yang pahit, tapi juga cerita hidup yang mendidih di cangkir rakyat jelata. ☕🔥
“Tahi Kucing Rasa Coklat: Cinta Pegawai Notaris dan Perangkat Desa Mangunreja
“Mas... pulanglah... anak-anak nanyain bapak terus,” suara Ella pelan lewat udara radio.
Tak ada tanggapan dari seberang, hanya denting sendok di gelas kopi terdengar lirih di Warkop Mangunreja.
Sore itu, warga berhenti bermain gaple, mendengarkan radio tua di meja kayu kisah Ella sedang mengudara.
Nulla, suami Ella, dulu dikenal sopan dan rajin ngantor. Tapi sejak akhir 2024, perubahan mulai terasa.
“Bajunya makin wangi, HP-nya dikunci, dan sering lembur di kantor notaris,” kata tetangganya, sambil tersenyum miring.
Katanya sih lembur ngurus berkas desa, tapi entah kenapa wajahnya berseri kayak abis ketemu malaikat 😅
Sampai akhirnya, terbongkar juga:
Pegawai notaris yang disebut-sebut itu ternyata berparas manis, anggun, dan... berbody seperti gitar Spanyol lekukannya bikin para jomblo desa mendadak ikut minta akta tanah baru 🤭
Sejak itu, warga mulai menyebut Nulla dengan julukan baru:
“Rahwana Ngadiluwih”
karena gandrungnya pada Sinta “notaris cantik” sampai lupa kalau di rumah masih ada dua bocah yang menunggu pelukan bapaknya.
Mediasi demi mediasi dilakukan. Bahkan, perangkat desa sampai gelar “sidang meja kopi” di balai desa.
Tapi Nulla tetap keras kepala. Cintanya sudah terlanjur tumbuh di balik map dan surat kuasa.
Ella pun pasrah, namun tetap tegar.
“Yang penting anak-anakku nggak kekurangan kasih sayang. Kalau bapaknya sudah lupa, biar Tuhan yang ngatur,” ujarnya dengan senyum getir.
Di pojok warung, Mbah Darmo pelanggan setia Warkop menimpali:
“Yo ngono kui... wong lanang nek wes kegandrung cinta salah alamat, mesti lali dalan bali…”
Tawa pun pecah, meski pahit seperti kopi hitam tanpa gula.
Karena begitulah hidup di desa: kisah cinta bisa viral bukan lewat medsos, tapi lewat radio dan obrolan di Warkop.
Dan di antara kepulan asap rokok kretek, tersisa satu pesan:
Cinta itu indah, asal tak menginjak janji.
Kalau sudah mengkhianati keluarga, meski wangi notaris menempel di baju, tetap saja tahi kucing rasanya bukan coklat, tapi karma. 💔☕
☕ DOA PENUTUP WARKOP MANGUNREJA
(dibacakan sambil nyeruput kopi dan nyengir getir)
Ya Allah...
Tuhan yang Maha Tau isi dompet dan isi hati,
Ampunilah hamba-hamba-Mu yang kadang salah memilih cinta,
Yang katanya “kerja lembur demi desa”,
padahal lemburnya di depan meja notaris, bukan meja rapat 😅
Lindungilah para suami yang mulai tergoda aroma parfum kantor,
dan kuatkanlah para istri yang tetap sabar meski suaminya
lebih sering ngecas HP daripada ngecas hati rumah tangga.
Berikanlah hidayah kepada semua GARANGAN GARANGAN Desa,
agar segera sadar sebelum “kereta asmara”-nya anjlok di tikungan takdir.
Karena cinta yang sejati bukan di balik map notaris,
tapi di balik doa anak yang nunggu bapaknya pulang membawa roti dan maaf.
Dan buat Ella, mama muda dua bocah yang sabar luar biasa
semoga engkau dijaga oleh Tuhan,
diberi kekuatan seperti Sinta yang tetap suci di tengah api ASMARA Rahwana. 🔥
Akhirnya, kami rakyat kecil penikmat kopi pahit
berdoa dalam tawa dan getir:
“ Allohumma kitra kitri, mugo mugo Nulla, segera kembali ke istri asli.
" Allohumma ubat ubet, mugo mugo manuk e, Nulla puret tur Munsret.
“Ya Tuhan, jika cinta memang ujian,
tolong jangan beri kami soal pilihan ganda, cukup guyon saja…” 😂
Aamiin ya rabbal ngopi… ☕🙏

