INSIGHT PROFIL TOKOH. PAK RINTO. Sang Penjaga Kopi Hitam & Percakapan Politik
-Baca Juga
Potret Sosok yang Tidak Pernah Pensiun dari Gairah Negeri
Pak Rinto demikian disapa akrab oleh semua orang, seorang lelaki paruh baya berkemeja kotak-kotak, berkopiah hitam, memegang rokok filter kesukaannya, dengan secangkir kopi hitam di depannya. Tatapannya jauh, menembus ruang dan waktu. Seolah ia sedang berbicara dengan masa lalu, namun tetap siaga menatap masa depan. Sahabat NGOBROL sekaligus NGOPI, yang pulang setelah perjalanan panjang, namun pulangnya bukan untuk berhenti, melainkan untuk tetap menjadi bagian dari denyut politik di Mojokerto.
Pulang Sebagai Pejuang, Bukan Pensiunan
Pak Rinto memasuki masa pensiun pada awal 2010-an, namun semangat pengabdiannya tak pernah meredup. Tidak semua orang mampu meninggalkan panggung setelah bertahun-tahun berada di tengahnya. Bagi Pak Rinto, panggung itu bukan sekadar pekerjaan itu adalah bagian dari dirinya.
Ia pernah menjabat sebagai Anggota Komisioner KPUD Kabupaten Mojokerto, Kabid Kajian Strategis Bakesbangpol Pemkab Mojokerto, sebuah posisi yang mengharuskannya membaca denyut politik sekaligus memetakan arah perjalanan pemerintahan. Sebelum itu, ia juga pernah berkantor di Kementerian Dalam Negeri Jakarta, terlibat dalam dunia Pendidikan dan Kepelatihan PNS ruang yang melahirkan pemimpin-pemimpin birokrasi masa mendatang.
Di setiap fase itu, ia menyerap banyak hal: birokrasi, sosial, keamanan, dinamika politik, dan nadi masyarakat.
🔥TETAP MENYALA
Politik Bagi Pak Rinto: Nafas yang Tak Pernah Putus
Meski telah pensiun lebih dari satu dekade, Pak Rinto tidak bisa dan tidak ingin menjauh dari politik. Tahun 2024 ia mencalonkan diri sebagai anggota dewan di Kabupaten Ponorogo. Rezekinya belum sampai, namun bagi beliau, perjuangan tidak pernah tentang hasil semata.
Saat ini, ia tengah mengurus sertifikasi ormas Bela Negara. Di saat banyak orang memilih istirahat, Pak Rinto justru kembali turun gunung. Bukti bahwa jiwanya tidak pernah bisa benar-benar berhenti bekerja untuk masyarakat.
Bahasa Tubuh yang Jujur
Kopiah hitam: sederhana, bersahaja, penuh wibawa.
Tatapan jauh: lelaki yang sedang menimbang pengalaman panjang, bukan sekadar merenung.
Kumis tebal: simbol karakter kuat namun tetap lembut.
Rokok filter: ritual berpikirnya sejak dulu.
Kemeja kotak-kotak: rapi, namun membumi. Pakaian orang lapangan sekaligus ruang diskusi.
Potret ini menangkap nuansa waktu yang hening momen seorang lelaki yang telah berdamai dengan masa lalu namun tetap siaga terhadap perubahan.
Warung Kopi: Ruang Demokrasi Paling Jujur
Kantin Pemkab Mojokerto menjadi saksi pertemuan hari itu. Meja bermotif kayu, gelas kopi hitam, dan obrolan yang mengalir seperti air. Tidak ada protokol. Tidak ada birokrasi. Yang ada hanya kejujuran.
Di sinilah Pak Rinto bercerita tentang cucunya dengan mata berbinar. Namun ketika topik beralih pada politik nasional, struktur pemerintahan daerah, hingga perilaku pemilih, ia langsung berubah menjadi analis sejati. Kata-katanya rapi. Argumennya padat. Sudut pandangnya tajam.
Warung kopi baginya adalah ruang diskusi, bukan tempat melepas penat. Ia datang bukan untuk bersantai, tapi untuk tetap hidup.
LELAKI JAWA, PEJABAT LAMA, PEMIKIR BARU
Sederhana di Luar, Dalamnya Gunung Pengalaman
Lelaki yang tampak santai dalam foto itu adalah sosok yang telah berkeliling ruang rapat, menghadiri sosialisasi otonomi daerah, memetakan konflik, menimbang arah kebijakan, hingga pernah berada di dapur pendidikan ASN.
Kini ia tampak tenang, namun ketenangan itu bukan hasil tidur panjang. Itu hasil perjalanan panjang.
Pak Rinto: Pengabdian Tanpa Tanggal Kadaluwarsa
Foto ini bukan hanya gambar seorang pria sedang ngopi. Ini adalah cerita tentang dedikasi yang tidak bisa dihentikan oleh pensiun. Tentang lelaki yang memilih terus berbuat. Tentang seorang sahabat lama yang tetap menjaga nyala pikirannya untuk negeri.
Pak Rinto adalah cermin dari prinsip sederhana namun kuat:
"Jabatan itu sementara, tapi pengabdian itu seumur hidup."
DETAK INSPIRATIF – Menghidupkan Kisah, Menegaskan Makna.
