Menautkan Cinta di Tlatah Wilwatikta. "ANAM ANIS , SH. DIREKTUR GOTRAH WILWATIKTA MANTU ANAK KETIGA"
-Baca Juga
Gelar Pernikahan Jawa Timuran Modern di Bumi Majapahit
Di tanah yang pernah menjadi pusat denyut peradaban Nusantara, cinta kembali ditautkan dengan bahasa leluhur.
Minggu, 14 Desember 2025, Ballroom Hotel Raden Wijaya Kota Mojokerto menjelma menjadi pendapa zaman baru tempat di mana adat, rasa, dan sejarah saling menyapa dalam satu ikatan suci.
Di tlatah Wilwatikta, keluarga besar Anam Anis, S.H., pengacara senior Mojokerto sekaligus Direktur Gotrah Wilwatikta, menggelar hajatan pernikahan putra ketiganya. Sebuah peristiwa yang tak hanya sakral sebagai ikatan dua insan, tetapi juga pernyataan kultural tentang bagaimana Jawa Timuran hidup, tumbuh, dan berdialog dengan zaman.
Gelar Adat di Bumi Majapahit
Adalah
Muhammad Hadyan Ihtifalhuddin, S.T.,
putra ketiga dari Bapak H. Anam Anis, S.H. dan Ibu Hj. Hamidah, S.H., M.H. (Almh),
yang resmi menautkan hidup dengan
Kharisma Wulan Fadhila, S.H., M.H.,
putri kedua dari Bapak Achmad Romli, S.H. dan Ibu Kurnianiati, S.Pd.SD.
Di hadapan keluarga besar dan para tamu undangan, dua trah dipertemukan. Bukan sekadar perjumpaan nama, tetapi pertautan nilai, sebagaimana tradisi Jawa memaknai pernikahan: menyambung garis, merawat martabat, dan meneguhkan masa depan.
Pendapa Modern Bernapas Majapahit
Dekorasi floral yang meronce hijau, biru, dan emas bukan sekadar pemanis ruang. Ia menjadi bahasa visual simbol kesuburan, keteduhan, dan kemuliaan. Lampu kristal menggantung laksana cahaya zaman yang menerangi jejak masa silam dan langkah hari depan.
Busana adat Jawa Timuran tampil anggun tanpa kehilangan denyut kekinian. Inilah wajah tradisi yang tidak beku: leluhur yang berbicara dengan bahasa generasi muda. Ballroom tak lagi sekadar ruang hotel, tetapi pendapa Majapahit versi abad ini.
Anam Anis: Hukum, Budaya, dan Ingatan Wilwatikta
Bagi Anam Anis, S.H., pernikahan bukan sekadar hajatan keluarga. Sebagai Direktur Gotrah Wilwatikta, ia dikenal sebagai figur yang tekun menjaga ingatan kebesaran Majapahit menghidupkan nilai, bukan sekadar mengagungkan simbol.
Maka resepsi ini pun terasa berbeda. Ada kesadaran budaya yang mengalir tenang: bahwa adat Jawa Timuran bukan ornamen, melainkan akar. Bahwa generasi hari ini adalah lanjutan trah, bukan pemutus sejarah.
Akad Nikah: Sunyi yang Sakral
Sehari sebelumnya, Sabtu, 13 Desember 2025, prosesi akad nikah telah dilangsungkan di kediaman mempelai wanita di Dusun Tambaksuruh, Desa Tambakagung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Dalam suasana sunyi yang khidmat, ijab kabul terucap singkat, tegas, dan sah sebagaimana adat memuliakan kesederhanaan dalam kesakralan.
Generasi yang Melanjutkan Jejak
Resepsi berlangsung pukul 11.00 hingga 13.30 WIB, diwarnai tawa, pelukan, dan doa. Anak-anak, orang tua, dan para sepuh berdiri dalam satu bingkai: potret kesinambungan. Di sinilah Jawa Timuran menemukan maknanya hidup dalam keluarga, tumbuh dalam kebersamaan.
Doa dari Bumi Wilwatikta
Dari tlatah Majapahit, doa-doa dipanjatkan. Agar rumah tangga Muhammad Hadyan Ihtifalhuddin dan Kharisma Wulan Fadhila menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Menjadi tempat pulang yang teduh, sekaligus pijakan untuk melangkah jauh ke depan.
Di Bumi Majapahit, cinta tak sekadar dirayakan.
Ia dititipkan pada adat,
ditautkan pada sejarah,
dan diteruskan oleh generasi.
📜 SERAT WILWATIKTA
Bab Penautan Cinta di Bumi Majapahit
(Naskah Dwi Bahasa Jawa – Indonesia)
NASKAH JAWA
Ing tlatah Wilwatikta,
ing papan panggonan kang nate dados pusering peradaban Majapahit,
ing mangsa taun 2025,
katindakna satunggaling laku utama:
penautan jiwa, panyambung trah, lan pangreksaning adat.
Muhammad Hadyan Ihtifalhuddin,
putra katiga saking H. Anam Anis,
ingkang ngladosi hukum lan ngreksa ingatan Wilwatikta,
kaparingan jodho
kaliyan Kharisma Wulan Fadhila,
putri ingkang ngasta ilmu lan kaluhuran budi.
Adat Jawa Timuran katindakaken kanthi linuwih,
ora kasirnakaken dening jaman,
nanging nyawiji kaliyan jaman.
Busana, tata upacara, lan tata panggonan
dados basa anyar tumrap piwulang lawas.
Serat punika nyerataken,
bilih tradisi dudu warisan kang meneng,
nanging dalan kang tansah kasambet dening generasi.
Ing ngriki katitipna pangajab,
supados kulawarga anyar punika
dados papan tentrem, sumber kabecikan,
lan pepadhang tumrap sesami.
Mangkono serat punika katulis,
kagem pangeling-eling ing mangsa tembe,
bilih Majapahit boten namung kaserat ing watu,
nanging gesang ing laku manungsa.
Wilwatikta, Taun 2025
TERJEMAHAN INDONESIA
Di tlatah Wilwatikta,
tanah yang pernah menjadi pusat peradaban Majapahit,
pada tahun 2025,
telah dilangsungkan sebuah laku utama:
penautan jiwa, penyambung trah, dan penjagaan adat.
Muhammad Hadyan Ihtifalhuddin,
putra ketiga dari H. Anam Anis,
pengabdi hukum sekaligus penjaga ingatan Wilwatikta,
dipersatukan dalam ikatan suci
dengan Kharisma Wulan Fadhila,
putri yang membawa ilmu dan keluhuran budi.
Adat Jawa Timuran dijalankan dengan penuh kebijaksanaan,
tidak ditinggalkan oleh zaman,
melainkan menyatu dengannya.
Busana, tata upacara, dan tata ruang
menjadi bahasa baru bagi ajaran lama.
Serat ini mencatat,
bahwa tradisi bukanlah warisan yang diam,
melainkan jalan yang terus dilalui generasi.
Di sini dititipkan harapan,
agar keluarga baru ini
menjadi tempat teduh, sumber kebaikan,
dan cahaya bagi sesama.
Demikian serat ini ditulis,
sebagai pengingat bagi masa depan,
bahwa Majapahit tidak hanya terukir pada batu,
tetapi hidup dalam laku manusia.
Wilwatikta, Tahun 2025
CATATAN ARSIP GOTRAH WILWATIKTA
Serat Wilwatikta Dwi Bahasa ini dicatat sebagai dokumen budaya hidup,
penanda kesinambungan adat Jawa Timuran
di tlatah Majapahit,
serta pengikat nilai antara leluhur dan generasi penerus.
