PSMP Mojokerto Menang dengan Kelas, Suporter Bertanya dengan Rasa
-Baca Juga
Laskar Majapahit Sapu Bersih Tiga Laga, Stadion Gajahmada Masih Jadi Tanda Tanya
MOJOKERTO – PSMP Mojokerto kembali menunjukkan kematangan bermain di ajang Liga 4 Jawa Timur Piala Gubernur Jawa Timur 2025/2026. Mengandalkan kombinasi kecepatan, power, dan efektivitas serangan balik, Laskar Majapahit menaklukkan AKOR FC Jombang dengan skor 2-0 pada laga lanjutan Grup N yang digelar di Lapangan Batalyon Arhanud Para Reader 503 Mojosari, Minggu (14/12/2025).
Kemenangan ini menegaskan konsistensi PSMP. Tiga pertandingan telah dilalui, tiga kemenangan berhasil diraih, sebuah catatan bersih yang mencerminkan kesiapan tim menatap fase berikutnya.
Meski demikian, laga tidak berjalan mudah. Di awal babak pertama, anak asuh Denny Rumba tampil kurang tenang. Tempo permainan cenderung terburu-buru dan koordinasi antarlini belum terjalin rapi. Situasi ini dimanfaatkan AKOR Jombang yang perlahan mulai menemukan ritme permainan, bahkan sempat menguasai lini tengah.
Namun, pengalaman dan kedewasaan bermain PSMP berbicara. Menjelang akhir babak pertama, tekanan tinggi yang diterapkan lini depan mampu memaksa lawan melakukan kesalahan. Sebuah skema serangan balik cepat menjadi pembeda. Hasbiyanto mencatatkan namanya di papan skor pada menit ke-44, membawa PSMP unggul 1-0 hingga turun minum.
Babak kedua berlangsung dengan tensi lebih tinggi. Kedua tim melakukan rotasi pemain, sementara intensitas duel meningkat. Sempat terjadi ketegangan akibat provokasi di lapangan, namun jajaran pelatih PSMP sigap menjaga emosi pemain tetap terkendali. Asisten pelatih Adi Putra Setiawan terlihat aktif mengingatkan pemain untuk fokus pada permainan, bukan situasi di luar lapangan.
AKOR Jombang mencoba mengejar ketertinggalan melalui serangan yang lebih agresif. Akan tetapi, soliditas lini pertahanan PSMP tampil disiplin dan tenang, menutup setiap celah yang ada. Ketika lawan mulai membuka ruang, PSMP kembali mematikan. Pada menit ke-88, Adam Jordi, yang masuk sebagai pemain pengganti, sukses menggandakan keunggulan melalui serangan balik cepat.
Skor 2-0 bertahan hingga laga usai pada menit 90+3.
Pelatih PSMP Mojokerto, Denny Rumba, menyambut kemenangan ini dengan rasa syukur, seraya mengakui bahwa pertandingan berlangsung cukup berat.
“Di awal laga kita memang sempat kesusahan karena lawan seimbang dan kolektivitas bertahannya bagus. Tapi anak-anak bisa membaca celah, terutama jelang turun minum,” ujarnya.
Denny menegaskan bahwa keberhasilan tim tak lepas dari kontribusi seluruh pemain. Pergantian pemain di babak kedua menjadi bagian dari strategi menjaga intensitas sekaligus mengatasi persoalan recovery di tengah jadwal yang padat.
“Yang masuk justru mencetak gol. Tidak ada lapis satu atau dua, semua sama pentingnya. Tiga laga sapu bersih tentu membuat kami puas, tapi laga terakhir tetap harus dijalani dengan fokus penuh,” tambahnya.
PSMP masih menyisakan satu pertandingan terakhir fase grup menghadapi Gen B pada Selasa (16/12/2025). Kemenangan menjadi target demi menyempurnakan catatan sekaligus memastikan status juara grup.
Di tengah performa impresif tim di atas lapangan, suara dari tribun justru mengalun lirih namun bermakna. Suporter Laskar Majapahit dan MP Loyalis menyayangkan fakta bahwa PSMP belum juga bermain di Stadion Gajahmada Mojosari, stadion yang selama ini menjadi simbol sejarah dan identitas klub.
Pertanyaan pun bergulir dengan nada tenang namun penuh harap: mengapa stadion kebanggaan itu belum bisa digunakan?
Apakah ada kendala teknis, administratif, atau persoalan perizinan, khususnya terkait izin kepolisian dari Polres Mojokerto?
Bagi suporter, Stadion Gajahmada bukan sekadar venue pertandingan. Ia adalah rumah, tempat emosi, sejarah, dan kebanggaan bertaut. Ketika PSMP tampil elegan dan berprestasi, harapan publik pun sederhana: melihat Laskar Majapahit bertarung di kandangnya sendiri.
Sepak bola, pada akhirnya, bukan hanya tentang kemenangan. Ia juga tentang keterhubungan antara tim, kota, dan suporternya.
Editorial Redaksi
Sepak Bola Bukan Sekadar Skor
Sepak bola selalu punya dua wajah: angka di papan skor dan rasa di dada pendukungnya. PSMP Mojokerto hari ini menunjukkan wajah pertama dengan sangat meyakinkan. Tiga laga, tiga kemenangan. Bermain rapi, dewasa, dan penuh disiplin.
Namun, wajah kedua sepak bola justru datang dari tribun yang tak terisi. Stadion Gajahmada, rumah sejarah PSMP, belum kembali menjadi panggung. Di sinilah DETAK INSPIRATIF berdiri: bukan untuk menuding, melainkan untuk mengingatkan bahwa prestasi akan terasa lebih utuh ketika dirayakan di rumah sendiri.
Menang dengan Kelas, Bermain Tanpa Rumah
PSMP Mojokerto menapaki Liga 4 Jawa Timur dengan kepala tegak. Strategi kecepatan dan counter attack menjadi identitas baru Laskar Majapahit. Para pemain tampil tenang, tak mudah terpancing, dan tahu kapan harus mematikan lawan.
Namun, di balik kemenangan itu, ada ruang kosong bernama stadion. Bermain di lapangan alternatif memang sah secara regulasi, tetapi bagi suporter, Gajahmada adalah bagian dari denyut tim. Di sanalah sejarah dibangun, dan di sanalah rasa memiliki tumbuh.
GAJAHMADA, STADION YANG DIRINDUKAN
Gajahmada bukan hanya beton dan rumput. Ia adalah saksi bisu perjalanan PSMP. Dari sorak kemenangan hingga hening kekalahan, semuanya pernah singgah di sini.
Hari ini, ketika PSMP kembali berjaya, stadion itu justru senyap. Suporter bertanya dengan bahasa yang santun: kapan rumah itu kembali dibuka? Pertanyaan ini bukan tekanan, melainkan harapan.
Sepak bola modern menuntut banyak hal: izin, keamanan, standar. Namun sepak bola juga lahir dari kedekatan emosional. Tanpa itu, pertandingan kehilangan jiwanya.
Suara dari Tribun yang Sunyi
“Kami tetap datang ke mana pun PSMP bermain. Tapi jujur, rasanya berbeda tanpa Gajahmada.”
(Suporter Laskar Majapahit)
Bagi suporter, stadion adalah ruang bersama. Tempat identitas kota bertemu. Mereka tak menuntut berlebihan, hanya berharap ada kejelasan dan jalan keluar.
Denny Rumba: Sepak Bola Adalah Kerja Kolektif
Pelatih PSMP menegaskan bahwa semua pemain punya peran yang sama penting. Rotasi dilakukan bukan karena perbedaan kelas, melainkan strategi dan kondisi fisik.
“Kalau soal stadion, itu bukan ranah kami. Tugas kami fokus di lapangan. Tapi tentu akan luar biasa jika bisa bermain di rumah sendiri,” ujarnya.
Stadion, Regulasi, dan Rasa Memiliki
Banyak klub di Indonesia menghadapi persoalan serupa. Stadion ada, tim ada, suporter ada, tetapi regulasi menjadi simpul rumit. Solusinya bukan saling menyalahkan, melainkan duduk bersama.
Ketika stadion kembali hidup, sepak bola daerah akan menemukan energinya.
Rumah dalam Sepak Bola
Dalam budaya Nusantara, rumah bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah pusat nilai. Begitu pula stadion bagi klub sepak bola. Tanpa rumah, kemenangan terasa setengah.
Menunggu dengan Sabar, Berharap dengan Cinta
PSMP Mojokerto telah melakukan bagiannya: menang dan menjaga martabat. Kini publik menunggu bagian lain dari ekosistem sepak bola untuk bekerja.
Gajahmada menunggu. Bukan dengan amarah, tapi dengan rindu.
DETAK INSPIRATIF SOCCER
Menyala tanpa membakar
