ANAK PEMECAH BATU JADI POLISI ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

ANAK PEMECAH BATU JADI POLISI

-

Baca Juga









Cerita Polisi Anak Pemecah Batu Cium Kaki Ayah, Dulu Tak Dianggap Kini Semua Datang Menyalami 




KONTRIBUTOR MAKASSAR, HENDRA CIPTO











Bripda Asrul
(20) langsung mencium kedua kaki ayahnya, Syamsuar (45) usai resmi jadi polisi,
Selasa (6/2/2018). Anak dari pekerja pemecah batu itu tersungkur di depan
ayahnya setelah mengikuti pelantikan Brigadir muda di SPN Batua, Makassar








Bripda Asrul
(20) masih ingat betul saat-saat dia bermimpi menjadi seorang polisi,
perjuangan untuk meraihnya, serta segala emosi yang menyertainya. Berbekal doa
dari orangtuanya, Asrul termotivasi dan bersemangat untuk mendaftar ke Sekolah
Calon Bintara (Secaba) Polri di SPN Batua, Sulawesi Selatan. Asrul membongkar
tabungannya yang selama ini menjadi kuli bangunan.








Tabungannya itu
digunakan Asrul membiayai segala kebutuhan pendaftaran seperti biaya fotokopi,
biaya foto, biaya berkas-berkas, serta biaya makan dan minum saat mengantre
mendaftar hingga mengikuti tahapan seleksi dan biaya transportasi. Asrul tak
bisa berharap banyak kepada orangtua karena ayahnya hanyalah seorang pemecah
batu. Dia juga tak peduli dengan isu uang di balik pendaftaran calon polisi.











Diiringi doa
orangtuanya, Asrul berangkat dari rumahnya di kawasan BTN Bataraugi, Kelurahan
Daya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mendaftar.
Dari awal hingga akhir prosesnya, Asrul selalu dibonceng motor oleh sahabatnya,
Muhammad Awalul, yang juga mendaftar Secaba Polri 2017. Asrul dan Awalul
bersahabat sejak SMP. Keduanya tidak terpisah, pun ketika mendaftar TNI dan
Polri. Berjuang meski pernah gagal Bripda Asrul (kiri), polisi muda yang mencium
kaki ayahnya, Syamsuar (45), setelah resmi dilantik menjadi polisi di Sekolah
Polisi Negara Batua, Sulawesi Selatan.























Ini bukan kali
pertama mereka mendaftar menjadi calon polisi. Sebelumnya, dua bersahabat ini
pernah mendaftar dan gagal, dua kali tidak lulus saat mengikuti seleksi sebagai
anggota TNI dan sekali saat mengikuti seleksi Secaba Polri. Namun, kegigihan
mereka berbuah.








Saat mendaftar
kedua kalinya di Secaba Polri tahun 2017, kedua sahabat ini pun akhirnya lulus
bersama dan telah dilantik sebagai anggota Polri, Selasa (6/3/2018). Asrul
sangat ingat saat memutuskan kembali mendaftar Secaba Polri. Saat itu, dia baru
saja gagal dalam seleksi anggota TNI. Dia pun lewat di depan SPN Batua dan
melihat spanduk Tribrata yang terpasang sedang membuka pendaftaran. Semangatnya
pun kembali. "Jadi polisi, cita-cita saya sejak kecil.








Kedua orangtua
saya tidak punya uang, tetapi saya terus berusaha. Saya tidak perdulikan dengan
isu mendaftar polisi pakai uang banyak. Hanya dengan doa dari kedua orangtuaku.
Alhamdulillah saya bisa lulus," kata Asrul.  








Karena sudah
memiliki cita-cita ini sejak kecil, Asrul giat berlatih dan belajar. Sejak
masih duduk di bangku SMP, Asrul setiap harinya terus latihan lari dan
berenang. "Saya terus bertekad dan berusaha agar bisa lulus polisi untuk
menaikkan derajat keluargaku. Dulunya kami tidak dianggap oleh warga karena
saya hanya kuli bangunan dan bapakku hanya tukang batu.








Tapi setelah
lulus polisi, warga semua menyalami dan banyak datang ke rumah," tuturnya.
Setelah lulus dan dilantik, Asrul yakin kehidupan keluarganya akan lebih baik.
Matanya berkaca-kaca ketika ingat dulu mereka kerap makan nasi yang berkutu
karena orangtuanya tidak memiliki uang membeli beras yang bagus. "Sering
dulu makan nasi berkutu. Kata Ibu, 'sabar ya Nak, makan apa adanya'," kata
Hasrul lalu meneteskan air mata.











Di balik itu,
dia ingat besarnya restu yang diberikan oleh kedua orangtuanya untuk dia
mendaftar sebagai calon polisi. Ayahnya pasrah dan memberi restu asalkan Asrul
memiliki tekad kuat dan semangat untuk menjadi abdi negara. "Kedua
orangtuaku dan keluargaku yang lain terus berdoa. Bahkan, ibuku mengiriku doa
Alfatihah sebanyak 1.000 kali saat mendaftar. Pesannya ibu, terus saja berusaha
dan ada Allah yang sudah mengatur semuanya.











Ditambah juga
nazar ayahku, beribadah terus jika saya lulus," katanya. Ayah Asrul,
Syamsuar menambahkan, dirinya tidak mempunyai uang banyak untuk meloloskan
anaknya masuk polisi jika ada suap menyuap. Di mana dirinya hanya sebagai
tukang batu, bahkan terkadang tidak bekerja. "Saya tidak punya uang, saya
cuma tukang batu.











Kalau tidak ada
kerjaan, saya ngojek, atau memulung besi-besi tua lalu dijual. Kalau saya
ngojek, biasa Rp 50.000 dan kadang hanya Rp 20.000. Jadi kalau ada bayar-bayar,
saya tidak sanggup. Hanya doa saya dan istriku, Rosnah yang mengiringi anakku
Asrul saat mendaftar polisi," katanya.














Setelah
mendaftar dan mengikuti tahapan seleksi secaba Polri, Syamsuar pun bernazar
akan lebih mempekuat ibadahnya jika anaknya lulus. "Saya dulu shalatnya
tidak lima waktu, tapi alhamdulillah sekarang tidak lagi. Karena itu nazarku
jika anakku lulus, shalatku tidak bolong-bolong lagi," katanya sambil
menangis di depan awak media dan Kepala SPN Batua Kombes Polisi Fajaruddin,
Kamis (8/3/2018).








Kombes
Fajaruddin mengaku sempat kaget didatangi dan dipeluk oleh Syamsuar sesaat
setelah pelantikan anggota Polri baru 2018. Saat dipeluk, lanjutnya, Syamsuar
menangis dan mengatakan sesuatu. "Alhamdulillah, anak saya lulus padahal
saya ini cuma tukang batu," katanya menirukan ucapan Syamsuar saat itu.








Di situlah,
Fajaruddin baru tahu status keluarga salah satu dari lima ratusan lebih siswa
Polri yang telah dilantik itu. "Saya langsung teringat sama ayahku dulu
saat dipeluk ayahnya Syamsuar. Kisahnya sama seperti saya. Ayahku dulu guru
mengaji, tidak punya uang untuk menyogok-nyogok. Tapi berkat doa kedua
orangtuaku, saya pun lulus perwira polisi," tuturnya. 








Artikel ini
telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Polisi Anak Pemecah Batu
Cium Kaki Ayah, Dulu Tak Dianggap Kini Semua Datang Menyalami",
https://regional.kompas.com/read/2018/03/09/07563871/cerita-polisi-anak-pemecah-batu-cium-kaki-ayah-dulu-tak-dianggap-kini-semua?page=all.


Penulis :
Kontributor Makassar, Hendra Cipto


Editor :
Caroline Damanik


Mungkin Juga Menarik × +
VIDEOS
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode