GEMURUH PASAR SAWAHAN BANGSAL MOJOKERTO JATIM ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

GEMURUH PASAR SAWAHAN BANGSAL MOJOKERTO JATIM

-

Baca Juga


Udara bergetar dengan antisipasi yang membara. Itu adalah pagi Jum'at berkah bagi pedagang pasar Sawahan Kecamatan Bangsal Mojokerto, 15 November 2024. Pasar Sawahan di Bangsal, Mojokerto, yang biasanya ramai, kini dipenuhi dengan energi yang tak terbendung. Sejak fajar, lautan wajah berjejer di tepi jalan, mata mereka tertuju dengan harap pada pintu masuk pasar tradisional. Aroma kopi yang baru diseduh berpadu dengan bau rempah-rempah, menciptakan campuran yang memabukkan yang memenuhi udara, mengisyaratkan hari yang luar biasa.

Tukijo, seorang pelanggan tetap di pasar, mendapati dirinya terjebak dalam arus manusia yang berdesak-desakan. Ia menyipitkan mata melalui kabut asap dari pemanggang arang di dekatnya, mencoba memahami keributan yang terjadi. "Ada apa di sini?" tanyanya kepada seorang pria yang berdiri di sampingnya, suaranya hampir tidak terdengar di tengah gemuruh kerumunan. "Mengapa begitu banyak orang di sini?"

Pria itu, seorang pedagang muda dengan cahaya nakal di matanya, tertawa. "Itu Kiai Asep," jawabnya, suaranya hampir seperti bisikan. "Dia akan datang ke pasar."

Berita itu menyebar melalui kerumunan seperti gelombang tsunami. Para pedagang, wajah mereka bersinar dengan harapan yang membara, mulai berteriak serentak, "Kiai Asep! Kiai Asep akan datang ke Pasar Sawahan!" Suara mereka, sebuah paduan suara antisipasi yang menggelegar, bergema di atap-atap seng kios, memicu semangat yang tak tertahankan.

Pasar, yang biasanya merupakan tempat tawar-menawar yang penuh semangat, kini menjadi lautan antusiasme yang meluap. Udara dipenuhi dengan aroma rempah-rempah dan obrolan suara-suara bersemangat yang saling bersahutan. Para pedagang, tangan mereka bergerak dengan kecepatan terlatih, merapikan barang dagangan mereka, berharap dapat menarik perhatian Kiai yang terhormat.

"Dia akan membeli semua barang dagangan kita," bisik seorang wanita tua yang menjual bunga, matanya bersinar dengan air mata yang berkilauan. Tangan-tangannya bergetar saat ia merapikan bunga frangipani, suaranya hampir tidak terdengar di tengah hiruk pikuk pasar. "Kita akan bisa memberi makan keluarga kita."

Dan kemudian, tepat pukul 7 pagi, saat yang dinanti tiba. Sebuah konvoi kendaraan memasuki pasar, menandakan kedatangan Kiai Asep Saifuddin Chalim yang terhormat, disertai istrinya, Ibu Nyai Fadilah, dan putra mereka, Gus Barra, Bupati Mojokerto.

Kerumunan meledak dalam sorakan yang menggelegar. Para pedagang, wajah mereka berseri-seri penuh rasa syukur, menyaksikan Kiai Asep, dengan senyum lembut, berjalan melalui pasar, matanya memindai kios-kios. Ia berhenti di setiap kios, tangannya meraih untuk menyentuh buah-buahan, sayuran, dan rempah-rempah, memberkati mereka dengan doa diam. Para pedagang, hati mereka dipenuhi dengan kekaguman, menyaksikan ia berpindah dari kios ke kios, kehadirannya memancarkan energi menenangkan yang menenangkan hati.

Seorang wanita muda, wajahnya dipenuhi kekhawatiran, mendekati Kiai Asep, memegang sebotol air mineral. "Romo Kiai," pintanya, suaranya bergetar, "tolong berkati air ini. Anakku membutuhkan pekerjaan. Dia sudah berjuang untuk menemukannya."

Kiai Asep mengambil botol itu, matanya dipenuhi dengan kasih sayang. Ia membaca doa, suaranya bergema dengan kekuatan menenangkan yang menenangkan jiwa. Kerumunan, terdiam dalam rasa hormat, menyaksikan saat ia memberkati air tersebut, hati mereka dipenuhi harapan untuk wanita muda dan anaknya. Kemudian, ia mengembalikan botol itu, meletakkan sejumlah uang kecil di tangannya. "Ini untukmu, Ibu," katanya lembut, "untuk membeli makanan bagi keluargamu. Semoga anakmu segera mendapatkan pekerjaan, dan semoga Allah meringankan bebanmu."

Pasar berubah menjadi pemandangan kebahagiaan dan rasa syukur yang dibagi, sebuah pesta yang dipenuhi dengan semangat. Para pedagang, hati mereka melimpah dengan kebahagiaan, meneriakkan, "Wayahe ganti Bupati! Wayahe ganti Bupati! Gus Barra, Bupati rakyat! Coblos Nomor 2! Coblos Nomor 2!" Suara mereka bergema di jalanan, sebuah bukti kekuatan seorang pemimpin yang memahami kebutuhan rakyatnya, sebuah simfoni harapan yang menggema.

Saat matahari semakin tinggi di langit, pasar ramai dengan aktivitas yang tak terhentikan. Para pedagang, kios mereka dipenuhi pelanggan, tidak lagi berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kunjungan Kiai Asep telah membawa gelombang kemakmuran ke Pasar Sawahan, pengingat bahwa bahkan di tempat yang paling biasa, keajaiban bisa terjadi.

Ini adalah hari yang terukir dalam ingatan masyarakat Bangsal, hari yang berbisik tentang harapan yang membara, hari yang berbicara tentang seorang pemimpin yang benar-benar peduli pada rakyatnya, sebuah hari yang akan dikenang selamanya.

Penulis DION

Editor DJOSE







Mungkin Juga Menarik × +
VIDEOS
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode