Mojokerto — Skandal keuangan di tubuh BPR Majatama, bank milik Pemerintah Kabupaten Mojokerto, kini menjelma jadi drama publik yang tak hanya menghiasi ruang-ruang sidang DPRD, tapi juga berdentang dalam syair lagu rakyat. Munculnya lagu satire berjudul “Oh Majatama” menandai fase baru: dari sekadar gonjang-ganjing politik ke gelombang ekspresi sosial yang mengakar hingga akar rumput.

Di tengah pembentukan Pansus IX DPRD yang tengah membahas Raperda transformasi BPR Majatama menjadi Perseroda, publik justru lebih dulu “menyusun pernyataan sikap” dalam bentuk nada dan kata-kata yang bernyanyi. Dan seperti biasanya, lagu-lagu protes selalu lebih jujur daripada naskah-naskah resmi pemerintah.

🔍 Bank Rakyat atau Beban Rakyat?

Dugaan kredit bermasalah, pengelolaan amburadul, hingga potensi kerugian miliaran rupiah menyeret nama BPR Majatama ke tengah sorotan publik. Alih-alih menjadi mesin PAD (Pendapatan Asli Daerah), bank daerah ini justru disebut-sebut sebagai lubang kebocoran uang rakyat.

Tak sedikit yang menyindir bahwa “lebih mudah mengajukan pinjaman jika kenal pejabat” daripada mengikuti prosedur resmi. Bahkan, desas-desus soal jabatan titipan dan permainan elite mulai bergema di lorong-lorong kekuasaan.

🏛️ Pansus IX: Jalan Reformasi atau Sekadar Rebranding?

Di atas kertas, Raperda PT BPR Majatama (Perseroda) yang kini digodok DPRD lewat Pansus IX adalah angin segar. Dengan mengubah status hukum menjadi Perseroda, harapannya pengelolaan bank akan lebih profesional, transparan, dan terbuka pada investasi strategis.

Namun, skeptisisme publik tetap menguat. “Apakah ini cuma ganti nama, tapi isi tetap sama?” begitu kira-kira suara di media sosial. Pertanyaan yang masuk akal, apalagi jika reformasi tak dibarengi dengan pergantian SDM yang selama ini justru jadi masalah.

🎤 "Oh Majatama": Musik Protes dari Mojokerto

Sementara elite sibuk merumuskan raperda, warga Mojokerto menulis sejarah sendiri lewat lagu. Satire berjudul “Oh Majatama” yang dilantunkan dengan irama koplo sederhana itu kini viral di media sosial.

Lagu ini dibawakan dengan gaya jenaka namun menyimpan kritik pedas  dan justru karena itulah ia sampai ke telinga masyarakat yang lebih luas. 

🎶 Lirik Lagu Satir: "OH MAJATAMA"

(Nada: koplo rakyat – syair satire sosial)

Oh Majatama... Bank milik rakyat katanya  

Tapi duitku lenyap entah kemana  

Katanya sih buat kredit usaha  

Nyatanya dipinjem sama saudara pejabat juga  

Oh Majatama... Namamu kini di mana-mana  

Dari ruang dewan sampai warkop sebelah  

Dari BUMD berubah jadi bahan ketawa  

Tapi rakyat tetap nunggu kabar bahagia  

Reff:  

Audit datang, kasus belum terang  

Direksi bilang, “Itu cuma kurang”  

DPRD bikin pansus terhormat  

Kami di bawah bikin lagu rakyat  

Oh Majatama...  

Kami nggak mau cuma drama  

Kami cuma mau uang rakyat aman semua  

Kalau nggak bisa dibenerin, ya bilang saja...  

Daripada jadi “Bank Penderitaan Rakyat” selamanya... 

🧠 Ketika Skandal Jadi Simfoni Satir

Kasus BPR Majatama bukan hanya soal gagal kelola keuangan. Ini cerminan rusaknya sistem pengawasan dan lemahnya integritas pengelola BUMD. Tapi publik Mojokerto kini membuktikan: suara rakyat tak selalu lewat demo atau statemen tapi bisa lewat gitar dan nyanyian kecil yang lebih mengena.

Dan di tengah rencana reformasi lewat Raperda, satu hal pasti: jika perbaikan hanya sebatas ganti kemasan, maka lagu “Oh Majatama” akan terus dinyanyikan. Bukan sebagai hiburan, tapi sebagai pengingat  bahwa uang rakyat bukan untuk dijadikan bahan mainan.

"Istimewa" sekarang bukan cuma Yogyakarta, tapi juga Mojokerto karena Majatama-nya! Dari ruang dewan sampai timeline medsos, dari meja redaksi sampai panggung kecil warung kopi — Oh Majatama udah sah jadi “fenomena lokal rasa nasional” 😂

• Ngena di hati rakyat,

• Ngena juga ke telinga pengambil kebijakan,

• Dan jadi catatan sejarah kecil bahwa rakyat Mojokerto nggak tinggal diam.

Salam rakyat cerdas — Salam “Majatama: dari skandal ke lagu rakyat!” 😄✊

Writer : Damaroblek

Editor : AGanStronking