BUKAN REFORMASI, HANYA GANTI KULIT!!! Rakyat Bertanya: Dari Oligarki Lama Menuju Korupsi Baru? ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

BUKAN REFORMASI, HANYA GANTI KULIT!!! Rakyat Bertanya: Dari Oligarki Lama Menuju Korupsi Baru?

-

Baca Juga






                  DETAK INSPIRATIF


Tanggal 9 Juli 2025, sebanyak 30 pejabat eselon II Pemkab Mojokerto akan mengikuti fit and proper test di Surabaya. Sebuah agenda yang digembar-gemborkan sebagai bagian dari reformasi birokrasi di era kepemimpinan baru: MUBAROK (Muhammad AlBarra dan Muhammad Rizal Octavian).

Tapi publik Mojokerto tak serta-merta percaya.

Apakah ini benar langkah perubahan?

Ataukah sekadar skenario ganti aktor tanpa mengganti sistem?


Mengapa di Surabaya? Mengapa Tim yang Sama?

Uji kompetensi digelar di luar daerah di Wiyung, Surabaya. Dan yang lebih mengundang tanya: tim pengujinya, menurut informasi sementara, masih berasal dari kampus yang sama digunakan oleh rezim sebelumnya.

“Kalau tim penilai dan pola mainnya sama, hasilnya ya begitu-begitu saja. Ganti bupati, bukan ganti sistem,” celetuk seorang ASN senior yang meminta namanya disamarkan.


Ini membuat publik menduga:

agenda job fit ini hanyalah pengecatan ulang dinding lama. Di luar tampak segar, di dalam masih berlumut.


Sekda Tak Berganti, Warisan Oligarki Masih Menyala

Sosok Sekretaris Daerah, Teguh Gunarko, masih bercokol sebagai motor birokrasi Pemkab Mojokerto. Padahal, publik tahu betul, Sekda ini adalah produk oligarki kekuasaan lama — era Bupati Ikhfina Fahmawati yang tumbang di Pilkada 2024.


Pertanyaannya:

Mengapa Bupati AlBarra belum mengganti Sekda?

Apakah prinsip “mikul duwur mendem jero” sedang dijadikan tameng untuk mempertahankan sistem lama?

Kalau ya, maka Pilkada kemarin hanya melahirkan koruptor baru dalam tubuh kekuasaan yang berganti baju.


Rakyat Tak Ingin Keluar dari Buaya Masuk Harimau

Mojokerto pernah digerogoti kekuasaan pragmatis — uang, jabatan, dan loyalitas semu. Kini rakyat berharap, perubahan yang mereka pilih lewat Pilkada bukan hanya basa-basi kampanye.

Tapi jika sistem birokrasi yang penuh KKN tetap dipelihara, maka rakyat hanya berpindah dari mulut buaya ke mulut harimau.

Dari tangan oligarki ke genggaman politikus muda yang lupa janji.


Kami Ingin Perubahan, Bukan Pewarisan

Rakyat Mojokerto tidak bodoh.

Kami bisa membedakan mana reformasi asli, mana rekayasa kekuasaan. Kami tak butuh pidato dan pres rilis anti-KKN, jika nyatanya yang duduk di meja utama masih mereka yang menjajakan jabatan di masa lalu.

“Reformasi tak lahir dari pres rilis. Ia lahir dari keberanian mengganti wajah-wajah lama yang mencuri masa depan kami.”


DETAK INSPIRATIF MENEGASKAN:


"Kekuasaan yang membiarkan sistem lama bertahan, berarti diam-diam sedang membesarkan monster lama dalam tubuh pemerintahan baru".


🔥 Saatnya menyulut suara rakyat yang lama dibungkam. Kita bukan penonton sejarah — kita penulisnya! ✊📜





Writer Larung Wilwatikta

Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode