DJI SAM SOE, DEWAN, DAN DZIKIR DI BALIK JERUJI ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

DJI SAM SOE, DEWAN, DAN DZIKIR DI BALIK JERUJI

-

Baca Juga







Oleh: Brinu Van  Klompen – Penikmat Kopi Hitam Kental Pahit 



Rabu siang, 6 Agustus 2025.
Gedung DPRD Kabupaten Mojokerto tampak sibuk,
Ruang Raden Wijaya menjadi saksi pertemuan para dewa anggaran BANGGAR dan TAPD Eksekutif
membahas masa depan APBD 2026.
Tapi bukan angka triliunan yang menyita perhatian saya hari itu.
Melainkan… sebungkus rokok.
Eh bukan satu bungkus.
Satu slot Dji Sam Soe isi 10 bungkus. Kretek premium kelas spiritual.



🚬 Rokok Siapa Ini?

Awalnya, saya tak curiga.
Hanya lewat, menatap, lalu nyeletuk polos:

“Wahhh… Dji Sam Soe nih, kesukaan saya.”

Seorang pegawai Sekwan menjawab santuy:

“Itu rokok Ibu Ketua DPRD.”

Jedug! Imajinasi saya langsung lompat jungkir balik.
Ibu Ketua Aini Zuroh, yang kalem, memiliki wajah syantik… merokok Dji Sam Soe?!
Dalam bayangan saya, beliau lebih cocok pegang tas jinjing Hermes, bukan korek api gas.
Tapi ya sudahlah, siapa kita menakar selera wakil rakyat?


 Rapat Bubaran, Rokok Bertahan


Rapat selesai pukul 13.30 WIB.
Saya masuk ke Ruang Raden Wijaya. Tinggal dua orang di dalam:
Ibu Ketua DPRD dan Pak Hartono (Wakil Ketua dari PDIP) sedang makan siang.
Saya, rakyat rasa wartawan, mendekat dengan santai.
Pandangan saya langsung tertarik kembali pada slot rokok Dji Sam Soe yang bertengger anggun di ujung meja.

Saya tanya,

“Ini rokok untuk siapa, Yach?”

Beliau menjawab sambil meneguk air putih:

“Untuk ke Lapas Mojokerto. Tiap Rabu saya ke sana, kegiatan kerohanian.”

Saya terpana.
Rokok dan kerohanian.
Kombinasi yang tak saya pelajari di pelajaran PPKN atau pendidikan madrasah.
Saya mencoba menebak:

“Pengajian, Bu?”

Beliau hanya tersenyum.
Senyum yang panjang. Dalam. Menyisakan tanya yang menggantung seperti kabut di ujung Lapas.







Rokok Pakai Uang Siapa?


Nah, ini bagian pentingnya.
Rokok sebanyak itu dibeli oleh pegawai Sekwan.
Pertanyaan rakyat pun muncul seperti kentut dalam lift:

“Apakah ini pakai uang pribadi Ibu Ketua?”

“Atau pakai anggaran Sekretariat DPRD?”

“Apakah ada kode rekening: Belanja Dji Sam Soe demi ketenteraman spiritual narapidana?”


Kalau memang dari uang pribadi, kami rakyat Warkop siap angkat topi dan sedekah biji kopi.
Tapi kalau dari anggaran Sekwan,
mohon maaf, Bu…
Rokok bukan bansos. Dan kretek bukan bagian dari struktur RKA.








✍️ Usulan dari Warkop Pinggir Jalan


Sebagai rakyat yang setia pada kopi tanpa gula,
saya tak ingin menuduh, apalagi menghakimi.
Saya hanya memberi beberapa saran:

Kalau rokok itu bentuk sedekah rutin,
sebaiknya ditulis rapi dalam laporan kerohanian,
lengkap dengan nota pembelian dan bukti siapa yang membakar siapa.

Kalau pakai anggaran,
sebaiknya masuk nomenklatur baru:
“Bantuan Keseimbangan Emosional Napi Kelas Menengah.”

Dan kalau boleh…
kami rakyat juga ingin kegiatan kerohanian semacam itu.
Diadakan tiap Jumat sore di Warkop,
lengkap dengan Dji Sam Soe, gorengan, dan wifi gratis dari Sekwan.


Di negeri ini,
asap kadang lebih jujur daripada teks pidato.
Dan rokok bisa lebih menyatukan hati daripada rapat-rapat birokrasi.

Kami tak menyalahkan siapa-siapa.
Kami hanya ingin tahu:

“Rokok itu dibeli pakai siapa?”
“Kerohanian model apa yang membawa Dji Sam Soe sebagai syarat taqarrub?”
“Dan senyum ibu tadi… apakah tanda membenarkan, atau hanya strategi mengelak yang berkelas?”


Wallahu a’lam bis showroom anggaran.




Brinu Van Klompen
Rakyat biasa,
yang percaya:
di antara rapat dan asap kretek,
ada suara rakyat yang kadang diabaikan karena tidak dibungkus manis seperti nasi kotak acara dinas.




📌 Redaksi bebas memuat, menyunting, atau melengkapi sesuai kebutuhan penerbitan.
Jika pembaca ingin menyumbang 1 batang rokok demi kegiatan satire berkelanjutan,
silakan temui kami di Warkop Pinggir Jalan, pojok kiri dekat tiang listrik, bawah spanduk caleg yang belum dicopot.






Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode