“MERDEKA… TAPI PANAS!”. Di Bumi Majapahit, Keringat Rakyat Jadi Saksi Perjuangan Modern
-Baca Juga
MOJOKERTO, 17 Agustus 2025 –
Upacara bendera berlangsung khidmat. Bendera merah putih berkibar gagah di halaman kantor pemerintahan, sekolah, dan lapangan desa. Tapi di balik itu, ada satu musuh besar yang tak kelihatan tapi sangat terasa: PANAS TERIK MENYENGAT!
“Bro, ini panasnya kayak ujian hidup tanpa kisi-kisi!”
ujar salah satu ASN sambil kipas-kipas dengan map dinas.
🌞 RI 80 TAHUN: Suhu Naik, AC Menyerah
AC kantor cuma bersuara “nges... nges...”
Staf TU rebutan duduk di dekat dispenser
Pidato camat hanya bertahan 4 menit: “Karena kita sudah tahu maksudnya merdeka ya... langsung ke nasi tumpeng saja.”
Anak SD baris dengan muka mengkilat seperti perisai Garuda
Petugas Paskibra dituntut tegap, padahal bayangannya aja nggak muncul: “Lho, hari tanpa bayangan?”
Lurah teriak ‘MERDEKA’, tapi rakyat jawab: “Es Teh-nya mana Pakkk!?”
Salah satu aktivis kopi warkop Mojokerto bilang:
“Panas ini lebih jujur daripada birokrasi. Dia nggak basa-basi, langsung bikin keringat.”
🤡 Brontak, Pemuda Majapahit
17 Agustus bukan cuma tentang upacara dan pidato. Tapi juga perjuangan harian rakyat yang tetap bertahan meski AC mati, tunjangan belum cair, dan panas menyengat kepala.
Karena kemerdekaan sejati adalah...
“Mampu tertawa di tengah gerah, dan tetap waras di tengah negara yang kadang bikin panas.”