PAHITNYA KEHIDUPAN DI DESA SRIGADING DAN SEKITARNYA: WARGA HARUS MENERIMA KENYATAAN KEBERADAAN GALIAN C, BAK NERAKA JAHANAM. DAN JANJI POLITIK YANG TAK SEMANIS KOPI HITAM PAHIT
-Baca Juga
Laporan Khusus Pojokan Warkop Kopi Hitam Pahit
Srigading, MOJOKERTO Jawa Timur – Di warkop pojok desa, kopi hitam pahit disajikan seperti biasa. Tapi pagi itu, Zen, warga Desa Srigading, mengaduk gelasnya pelan, sambil menatap keluar jendela. Lewatlah sebuah truk biru penuh muatan tanah galian C. Debunya berterbangan, menembus celah pintu, mengendap di meja, kursi, bahkan di bibir cangkir.
“Pahitnya kopi ini nggak ada apa-apanya dibanding pahitnya hidup di sini,” gumam Zen.
Debu di Atas Janji
Desa Srigading, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, adalah jalur keluar-masuk truk-truk galian C dari kawasan Kesemen, Kecamatan Ngoro. Jalan desa sempit, aspal bopeng, udara siang penuh polusi debu. Penyakit ISPA seperti bonus tahunan yang tak pernah diinginkan.
Saat pasangan MUBAROK memenangkan Pilkada Serentak 2024, harapan warga mekar: inilah saatnya Srigading bebas dari serangan debu industri tambang. Namun, hingga hari ini, jalan tetap bopeng, debu tetap beterbangan, suara gemuruh truk tak pernah absen.
Legislatif: Datang, Lihat, Pulang
Dulu, ada anggota dewan periode lama yang pernah datang ke lokasi. Mereka melihat, mengangguk-angguk, lalu pulang. Hearing? RDP? Memanggil pengusaha tambang? Tak pernah.
Kini, DPRD 2024–2029 sudah berjalan. Jangankan hearing, kunjungan pun belum. Padahal warga menunggu tanda keberpihakan. Eksekutif dan legislatif seperti punya dua mode kecepatan:
Mode Turbo untuk sidang anggaran
Mode Lambat untuk urusan warga
Kopi Pahit untuk Bupati
Zen, yang sehari-hari menghirup debu lebih banyak daripada aroma kopi, memilih langkah sederhana tapi telak: ia mengundang Bupati MUBAROK ke rumahnya. Suguhannya? Bukan makanan mewah, hanya segelas kopi hitam pahit.
“Biar tahu, Pak. Pahitnya ini belum seberapa dibanding pahitnya kami di sini,” katanya dalam video yang beredar di media sosial.
Sebuah sindiran yang lebih dalam dari orasi. Sebab pahitnya kopi bisa jinak dengan gula. Tapi pahitnya hidup di Srigading? Tak akan hilang tanpa kemauan politik.
Tendangan Tanpa Bayangan
Masalah galian C Srigading bukan rahasia. Izin usaha diragukan, dampak lingkungan nyata, risiko longsor dari Penanggungan, dan kerugian sosial-ekonomi jelas.
Tanpa keberanian eksekutif dan legislatif untuk sidak, hearing, dan menindak tegas, cerita ini akan berulang. Sementara itu, truk terus melintas, debu terus beterbangan, dan warga terus meneguk pahitnya kehidupan yang tak pernah dijanjikan.
Di warkop, Zen meneguk kopi terakhirnya. “Kalau pejabat kita mau kerja, nggak perlu disuguhi kopi pahit. Cukup datang lihat sendiri. Kalau cuma mau datang waktu kampanye… mending sekalian bawa termos gula.”
Truk biru galian C melintas di jalur Srigading – Kesemen
Jalan rusak penuh debu
📊 Data Dampak Galian C:
Jalan desa banyak yang rusak
Tingkat polusi debu tinggi
Potensi risiko ISPA meningkat
Tidak ada RDP atau sidak anggota Legislatif, APH (Polisi dan Jaksa), Eksekutif (Bupati, DLH, Satpol PP, BAPENDA, BPKAD, BAPPEDA DAN KESBANGPOL).