PEJABAT TANCAP GAS, RAKYAT DISURUH REM ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

PEJABAT TANCAP GAS, RAKYAT DISURUH REM

-

Baca Juga


Jalan Surodinawan Kota Mojokerto Siang Hari Padat Kendaraan dan Jam Pulang Anak Sekolah Dasar. Tapi Patwal Mobil Pejabat Pemkot Setempat tidak mempedulikan Kondisi Lapangan. Mereka ngebut Ugal-ugalan. Selasa pukul 13.30 WIB,19 Agustus 2025 



"Ketika Kota Dihempas Angin dan Arogansi Bersamaan'




MOJOKERTO, Jawa Timur – 19 Agustus 2025. Siang itu mendung menggantung. Angin berhembus kencang, udara terasa dingin. Tapi yang paling menusuk bukan hawa, melainkan pemandangan di jalan raya.


Pukul 13.30 WIB jam padat anak-anak SD pulang sekolah, pedagang kaki lima berjualan, ibu-ibu menyeberang, motor berseliweran.


Lalu... Wuuuuuunggggg...!! Rombongan pejabat Pemkot Mojokerto melesat kencang dijalan kota. Tiga mobil: Patwal Polisi, Fortuner hitam plat merah, dan mobil Patwal Satpol PP, melintasi Jalan Majapahit menuju Surodinawan dengan gaya bak konvoi kenegaraan. Tapi sayang, ini bukan prosesi kenegaraan. Ini hanya rombongan pejabat lokal yang lupa jalan kota bukan miliknya pribadi.



Sirene Kekuasaan, Sirna Kewarasan


Mereka melaju cepat di tengah warga yang sedang pulang sekolah dan bekerja. Tanpa kompromi. Tanpa toleransi. Tanpa rasa malu. Pejabat yang harusnya jadi panutan, justru mempertontonkan kebut-kebutan.


Dan lucunya, kita semua sudah hapal dengan iklan-iklan tertib lalu lintas:


“Utamakan keselamatan. Hargai pejalan kaki. Gunakan kecepatan yang wajar.”


Tapi hari ini, yang diutamakan justru arogansi dan kejar-kejaran waktu kekuasaan.


Anak-anak SD bisa celaka. Pedagang bisa terserempet. Tapi mobil Fortuner tetap melaju, karena plat merah dianggap sakti.



Tertib Itu untuk yang Tidak Berkuasa


Di negeri ini, aturan sering kali hanya berlaku untuk rakyat biasa. Yang punya sirene, boleh melanggar. Yang punya jabatan, boleh ngebut. Yang punya kuasa, boleh ugal-ugalan.


Karena bagi mereka, jalanan kota ini bukan ruang publik, tapi runway kekuasaan yang selalu harus dibersihkan dari rakyat kecil.




SUARA RAKYAT:


" Kami disuruh pelan, mereka tancap gas." " Kami disuruh sabar, mereka nyelonong


seenaknya." " Kami disuruh taat aturan, mereka melanggar sambil dikawal.


Kalau begitu, untuk siapa sebenarnya aturan dibuat? Apakah hukum hanya berlaku jika tidak punya sopir pribadi? Apakah keselamatan anak-anak hanya penting jika itu anak pejabat?


Hari ini angin kencang. Tapi ternyata, angin kekuasaan lebih berbahaya. Ia melaju kencang, tak terlihat, tapi menghantam rasa keadilan dan akal sehat.


Maka jangan salahkan rakyat jika suatu hari mereka belajar menabrak balik. Bukan dengan mobil, tapi dengan suara.


Karena suara rakyat, lebih cepat dari sirene. Dan lebih kencang dari rombongan pejabat yang lupa siapa tuannya.
Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode