“MUTILASI PACET: KISAH GELAP 65 POTONG TUBUH, SUAMI SIRI, DAN PENANGKAPAN DINI HARI DI SURABAYA”
-Baca Juga
Sunyi Pacet, Jerit yang Tak Terdengar
Kabut dingin Pacet tak lagi hanya menyimpan aroma tanah basah. Jumat dini hari, di Dusun Pacet Selatan, Desa Sendi, suasana pegunungan yang biasanya tenang mendadak mencekam. Warga yang biasa memetik sayur dan mencari rumput kaget bukan main saat melihat kantong hitam tergelatak di semak jurang, tepat di sisi jalan Pacet–Cangar.
Saat kantong dibuka, dunia seolah berhenti berputar. Potongan tubuh manusia berserakan. Bukan satu, bukan dua… 65 potongan tubuh lengkap dengan jaringan otot, lemak, kulit kepala, telapak kaki, dan pergelangan tangan. Semua hening. Mojokerto gemetar.
Satu pertanyaan muncul di kepala banyak orang:
“Siapa yang tega melakukan ini?”
Potongan-potongan Hidup: Siapa Korban Sebenarnya
Dari olah TKP, polisi mendapati beberapa potongan tubuh yang masih utuh, termasuk telapak tangan kiri. Di situlah keajaiban teknologi bicara. Melalui Mambis (Mobile Automatic Fingerprint Identification System), identitas korban akhirnya terkuak:
Nama: TAS
Usia: 25 tahun
Alamat asal: Lamongan
Pendidikan: S1 Manajemen, Universitas Trunojoyo Madura
Pekerjaan: Karyawan swasta
Domisili: Kos di kawasan Lakarsantri, Surabaya
Ironisnya, sehari sebelum hilang, TAS sempat mengunggah foto senyuman terakhirnya di Instagram. Tak ada yang menyangka, beberapa jam kemudian, hidupnya akan berakhir dengan cara sekejam ini.
Suami Siri: Cinta, Rahasia, dan Api yang Meledak
Polisi menelusuri kehidupan pribadi korban. Dari keterangan tetangga kos dan saksi, terungkap fakta mengejutkan: TAS telah menikah siri dengan seorang pria bernama Alvi Maulana (24), asal Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Alvi dikenal sebagai driver ojek online. Mereka tinggal bersama sejak April 2025. Namun, bukannya rumah tangga harmonis, hubungan mereka sering dilanda pertengkaran. Tetangga mendengar suara bentakan dan piring pecah hampir setiap minggu. Bahkan, saksi sempat melihat TAS mengunci pintu dari dalam, meninggalkan Alvi di luar sambil menggedor-gedor.
Seorang tetangga kos berkata lirih:
“Sering ribut, Mas. Kadang TAS nangis, kadang Alvi yang marah. Kita nggak nyangka bakal berakhir begini.”
Jejak Darah dan Jejak Digital
Tim Satreskrim Polres Mojokerto Kota dibantu Jatanras Polda Jatim bergerak cepat. Olah TKP dilakukan maraton, dibantu anjing pelacak K9 untuk menemukan potongan tubuh lainnya.
Namun bukan hanya jejak fisik yang bicara. Jejak digital membuka fakta lebih dalam. Dari ponsel korban dan pelaku, ditemukan percakapan WhatsApp dengan nada ancaman. Dalam salah satu chat, Alvi menulis:
“Kalau kamu berani ninggalin aku, jangan salahkan aku nanti.”
Analisis digital menunjukkan, sehari sebelum kematian, ponsel korban terakhir aktif di kawasan Lakarsantri pukul 21.45 WIB. Dari sana, sinyal hilang. Sekitar pukul 23.30 WIB, ada perpindahan lokasi mendadak—GPS menunjukkan titik di Pacet, Mojokerto.
Penangkapan di Bawah Sunyi Surabaya
Tak sampai 24 jam sejak penemuan potongan tubuh, polisi berhasil mengidentifikasi keberadaan pelaku. Dini hari pukul 01.00 WIB, tim gabungan menyergap kos kecil di Jalan Lidah Wetan, Lakarsantri, Surabaya.
Prosesnya cepat dan sunyi. Ketua RT setempat diminta menyaksikan. Polisi menemukan Alvi Maulana dalam kondisi panik, duduk di tepi ranjang. Di sudut kamar, kantong plastik hitam berisi sisa potongan tubuh masih teronggok. Barang bukti lain yang diamankan:
Pisau dapur besar
Sapu lidi berlumuran darah
Bantal dan seprei dengan bercak darah
Ponsel pelaku dan korban
Alvi sempat menangis, lalu hanya berucap pelan:
“Saya menyesal… tapi dia mau ninggalin saya…”
Kapolres Mojokerto
Motif yang Masih Mengambang
Sampai saat ini, polisi masih memeriksa intensif Alvi. Dugaan sementara, ada tiga lapis motif:
1. Cemburu & posesif → pelaku tak terima TAS ingin pisah.
2. Pertengkaran uang → korban diduga ingin keluar dari hubungan dan menolak memberi uang.
3. Ledakan emosi → perkelahian memuncak, pelaku kehilangan kontrol.
Psikolog forensik Polda Jatim menilai tindakan mutilasi tidak terencana, tetapi lahir dari dorongan psikologis akut dan kemarahan yang meledak. Namun, polisi belum menutup kemungkinan adanya motif lain di luar konflik rumah tangga.
Misteri yang Belum Selesai
Meski pelaku sudah ditangkap, banyak misteri tersisa:
Apakah ada pihak lain yang tahu rencana ini?
Kenapa Pacet dipilih sebagai lokasi pembuangan tubuh?
Mengapa tubuh dipotong sampai 65 bagian?
Semua pertanyaan itu kini jadi pekerjaan panjang polisi dan ahli forensik.
Luka yang Mengendap
Pacet kembali sunyi, tapi Mojokerto belum bisa tidur nyenyak. Kasus ini bukan hanya tentang kematian tragis, melainkan juga tentang cinta yang berubah jadi api, rumah tangga yang meledak dalam sekejap, dan nyawa yang melayang dengan cara paling kejam.
“Kadang, orang yang kita cintai bisa menjadi orang yang paling menakutkan.”
Minum Kopi pahit kental dimalam yang sunyi berasa lebih menggigit. Dan detak kasus ini… belum benar-benar berhenti.