Setahun Tak Dibayar, PT BINSAI Hentikan Layanan Perawatan Alkes di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
-Baca Juga
Teknisi di-PHK, Rumah Sakit Diam Soal Tunggakan Pembayaran
MOJOKERTO — Satu per satu teknisi alat kesehatan (alkes) mulai meninggalkan ruang perawatan di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
Bukan karena selesai masa kerja, melainkan akibat mandeknya pembayaran kerja sama operasional (KSO) antara pihak rumah sakit dan PT Bintang Insan Samanhudi Sautica (BINSAI) Healthcare Solution, penyedia jasa perawatan mesin cuci darah dan alat jantung.
Kerja sama itu sudah berjalan sejak Oktober 2024, namun hingga memasuki Oktober 2025, pihak rumah sakit belum membayar kewajibannya selama setahun penuh.
Akibatnya, PT BINSAI terpaksa menghentikan layanan teknis dan memutus kontrak para teknisi yang bertugas di rumah sakit tersebut.
“Kami di-PHK mulai awal Oktober 2025. Perusahaan sudah bayar hak kami, tapi kontrak dengan RSUD tidak diperpanjang karena katanya belum ada anggaran operasional,” ujar salah satu teknisi yang sebelumnya merawat mesin hemodialisa di RSUD itu, Kamis (23/10/2025).
Mesin Hidup, Nasib Terlupakan
Mesin cuci darah (hemodialisa) merupakan peralatan vital bagi pasien gagal ginjal.
Setiap hari, teknisi harus memastikan tekanan, aliran cairan, dan kebersihan sistem berjalan sempurna.
“Kalau tidak ada teknisi resmi, siapa yang menjamin alat itu tetap aman digunakan?” kata seorang pegawai setempat , yang meminta namanya dirahasiakan.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Humas RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo belum memberikan tanggapan resmi.
Upaya konfirmasi yang dilakukan melalui pesan dan sambungan telepon belum direspons.
Tersendatnya Anggaran, Terhentinya Layanan
Keterlambatan pembayaran dalam skema kerja sama alat kesehatan bukan hal baru di rumah sakit daerah.
Namun, kasus di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo kali ini menimbulkan kekhawatiran baru: ketika anggaran tersendat, apakah layanan medis ikut terguncang?
Teknisi yang kehilangan pekerjaan menyebut, mereka bekerja dalam tekanan berat sepanjang tahun lalu.
“Setiap hari standby, jaga mesin, tapi kabar pembayaran dari RSUD tak pernah jelas,” ungkapnya lirih.
Sementara itu, PT BINSAI melalui informasi internal yang dihimpun tim investigasi menyatakan tidak akan memperpanjang kerja sama dengan RSUD hingga ada kejelasan pembayaran.
Di Antara Mesin dan Hati Nurani
Kisah ini menyingkap sisi lain dunia medis: di balik bunyi mesin penyelamat nyawa, ada pekerja yang kehilangan sumber penghidupan karena rumitnya administrasi dan keterlambatan anggaran.
Di saat pasien berharap sembuh, teknisi justru berjuang bertahan hidup.
Detak Inspiratif masih berupaya mendapatkan konfirmasi dari Direktur RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dan manajemen PT Bintang Insan Samanhudi Sautica (BINSAI) Healthcare Solution terkait tunggakan pembayaran dan status kerja sama 2024–2025.
