JEMBATAN SUMBER KEMBAR RUNTUH LAGI. 4–7 Bulan Setelah Peresmian, Warga Kembali Terputus. Bencana Hidrometeorologi atau Gagal Perencanaan?
-Baca Juga
Sumber Kembar, Kutorejo — Mojokerto kembali diguncang.
Sebuah jembatan kecil yang menghubungkan ratusan warga Dusun Sumber Kembar, Desa Wonodadi, kembali rusak berat. Padahal, jembatan ini baru beberapa bulan diresmikan setelah sebelumnya putus disapu banjir bandang pada 15 Maret 2025.
Kali ini, bukan banjir bandang.
Melainkan longsor besar yang menggerus fondasi jembatan hingga menggantung nyaris putus.
Di bawah terik matahari 15 November 2025, warga hanya bisa menghela napas.
Luka lama itu kembali terbuka.
PERISTIWA
March 2025 → Putus, Dibangun Ulang → Diresmikan → November 2025 Longsor
Pada 15 Maret 2025, banjir bandang memorak-porandakan jembatan. Pemerintah daerah melalui DPUPR melakukan percepatan perbaikan menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT). Beberapa bulan kemudian, jembatan dinyatakan selesai dan diperesmikan langsung oleh Bupati AlBarra.
Namun, kronologi berikut memberi gambaran getir:
Maret 2025 — jembatan putus.
April–Agustus 2025 — pembangunan, penyelesaian, dan peresmian.
November 2025 — jembatan rusak kembali akibat longsor.
Rentangnya hanya 4–7 bulan.
Terlalu cepat untuk sebuah jembatan yang katanya “tuntas”.
LAPORAN LAPANGAN Mengungkap Banyak Hal
Jembatan tampak memakai:
rangka baja ringan
dek kayu
pondasi batu kali yang kini tergerus
bronjong batu baru ditumpuk sebagai penanganan darurat
Konstruksi seperti ini lebih cocok disebut jembatan sementara, bukan permanen.
Jauh dari standar teknis jembatan yang tahan siklus banjir tahunan.
Di lapangan terlihat jelas:
fondasi jembatan terkelupas total
talud runtuh
semua struktur tanah di bawah jembatan berongga
Itu bukan semata bencana.
Itu kegagalan teknis.
Pondasi Dangkal — Salah Fatal di Sungai Banjir Bandang
Pondasi harus menjejak tanah keras. Fakta lapangan menunjukkan pondasi hanya “menempel” pada lapisan tanah gembur yang mudah terkikis.
Evaluasi Debit Banjir Tidak Dilakukan
Wilayah ini sudah dua kali rusak dalam tahun yang sama.
Artinya debit sungai berubah.
Jika Q25–Q50 tidak dihitung, desain pasti jebol.
Bronjong Bukan Struktur Permanen
Bronjong bagus untuk darurat.
Untuk jangka panjang?
Tidak cukup.
Indikasi Proyek Dikebut Demi Seremonial
Ketika jembatan baru diresmikan, tetapi konstruksi tidak permanen, maka ada tanda tanya besar:
“Yang penting seremonialnya atau ketahanan bangunannya?”
Pengawasan Teknis Dipertanyakan
Hanya butuh satu musim hujan untuk membuktikan kualitas konstruksi.
SUARA WARGA
“Baru kemarin bagus, kok sekarang rusak lagi.”
“Kami butuh jembatan kuat, bukan jembatan yang tiap banjir putus.”
Warga Sumber Kembar butuh kepastian, bukan janji.
Jembatan Bukan Seremonial, Tetapi Akar Mobilitas Rakyat
Kasus Sumber Kembar adalah cermin dari problem klasik pembangunan infrastruktur:
pembangunan dikebut
perencanaan dangkal
pengawasan lemah
dan anggaran yang menguap dalam diam
Jika sebuah jembatan rusak dua kali dalam kurun kurang dari satu tahun, itu bukan kebetulan.
Itu sinyal keras, tegas, dan jelas bahwa tata kelola infrastruktur daerah perlu dibenahi secara total.
KERUSAKAN INI BUKAN SEKADAR BENCANA.
TAPI AKIBAT:
✔ Perencanaan yang gagal
✔ Salah desain pondasi
✔ Tidak ada analisis debit banjir
✔ Konstruksi semi-permanen diperlakukan sebagai permanen
✔ Pengawasan proyek yang lemah
Dan itu semua harus dijelaskan kepada publik.
Sumber Kembar bukan sekadar titik di peta.
Ia adalah halaman rumah warga yang ingin hidup aman.
Infrastruktur yang kuat adalah hak mereka.
Dan sebagai media rakyat, Detak Inspiratif akan terus menjaga, mengawasi, dan mengungkap sampai jembatan itu berdiri kembali kuat, jujur, dan tanpa tipu-tipu anggaran.
