Sungai yang Mati, Desa yang Menunggu Pemda. Krisis Sungai Avour Simo Kemlagi Dan Dukungan Kehadiran Pemerintah ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

Sungai yang Mati, Desa yang Menunggu Pemda. Krisis Sungai Avour Simo Kemlagi Dan Dukungan Kehadiran Pemerintah

-

Baca Juga



Cek Pintu Air Sidoringin Sungai Avour Simo Kemlagi Mojokerto Jawa Timur,Heri Suyatnoko Anggota DPRD Kabupaten Mojokerto Dapil KEMLAGI.



Tidak hanya genangan air yang menguasai halaman rumah warga. Ada kegelisahan yang pelan-pelan tumbuh menjadi cerita panjang tentang sungai yang mati, desa yang menunggu, dan pemerintah yang datang terlambat.

Di Dusun Wates Projo, rasa lelah itu muncul dari mereka yang setiap musim hujan harus berjibaku lebih dulu daripada siapapun: perangkat desa.

Gigih, Kepala Dusun Wates Projo, saat ditemui jurnalis DETAK INSPIRATIF, baru saja turun dari lokasi pengecekan pintu air Sidoringin. Napasnya masih berat, kausnya basah oleh keringat dan air sungai yang naik tanpa permisi.

“Kita ngecek pintu air Sidoringin Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi, bersama pak Heri Suyatnoko, anggota DPRD Kabupaten Mojokerto Dapil Kemlagi,” ujar Gigih membuka percakapan.

Gigih menegaskan satu hal yang menjadi sumber masalah: alur sungai avour Simo yang mengelilingi Desa Wates Projo kini dangkal dan tak memiliki tanggul.

“Kondisi sungai dangkal, tidak ada tanggulnya.
Sudah koordinasi dengan pihak Kecamatan Kemlagi, Bupati Mojokerto dan instansi DPUPR. Semoga dalam waktu dekat ada penanganan, terutama normalisasi. Kalau ada anggaran sekalian pembangunan tanggul,” harapnya.

Di mata warga, Gigih bukan hanya perangkat desa. Ia adalah saksi harian penderitaan yang diciptakan oleh sungai yang kehilangan fungsi, dan pemerintah yang kehilangan kecepatan.






KETIKA WAKIL RAKYAT TURUN, KETIKA DATA DIKONFIRMASI

Heri Suyatnoko, anggota DPRD Kabupaten Mojokerto dari Dapil Kemlagi, turun langsung meninjau bersama perangkat desa.

Heri mengakui kondisi sungai sudah berada pada level mengkhawatirkan.

“Kita sudah laporkan ke Bupati Mojokerto terkait banjir di Desa Wates Projo Kecamatan Kemlagi,” kata Heri, anggota Komisi II DPRD itu.

Ketika ia meninjau langsung, Heri mendapati fakta tak terbantahkan:

“Iya Mas, ternyata itu sungai posisi air lebih tinggi dari dataran rumah penduduk. Posisi sungai menikung,
tanggul harus dibangun dan ditinggikan dari pemukiman penduduk,” jelasnya.

Pernyataan Heri mengkonfirmasi apa yang selama ini hanya dianggap keluhan warga:
sungai itu bukan sekadar dangkal ia berubah menjadi ancaman permanen.


SUNGAI MENUNGGU NORMALISASI, PEMBANGUNAN TANGGUL

Warga menunggu.
Perangkat desa menunggu.
DPRD sudah bersuara.

Kini, bola berada di antara kaki Pemkab Mojokerto dan DPUPR:
Akankah mereka bergerak sebelum musim hujan berikutnya mengubah Dusun Wates Projo menjadi kolam darurat?

Avour Simo tidak lagi sekadar sungai.
Ia menjadi barometer apakah pemerintah mendengar suara rakyat atau hanya mencatatnya di atas kertas laporan.






Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode