BALADA PAGAR TOL JOMO KM 705/700 — KISAH SUNYI BU NGASIATIN ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

BALADA PAGAR TOL JOMO KM 705/700 — KISAH SUNYI BU NGASIATIN

-

Baca Juga


TKP 



Malam minggu biasanya jadi ajang bahagia. Lampu kota menyala, warkop ramai, suara motor berseliweran. Tapi Sabtu, 6 Desember 2025, Mojokerto mendapat kabar yang membuat gelas kopi jadi hambar: seorang perempuan paruh baya, Bu Ngasiatin, 62 tahun, mengakhiri perjalanan hidupnya di pagar pembatas Jembatan Tol KM 705/700, Desa Gedeg.

Sebuah peristiwa yang menusuk sunyi, terjadi di antara beton dingin dan lalu lintas yang tak pernah berhenti.


Tas Ungu yang Jatuh dari Langit

Sekitar pukul 11.00 WIB, di bawah Jembatan Tol Jombang–Mojokerto, Jumari, warga Gedeg, melihat sesuatu jatuh:
sebuah tas ungu kombinasi putih.

Tas itu bukan sekadar tas, di dalamnya ada KTP, obat-obatan, surat berobat RSUD Basoeni. Pertanda ada seseorang yang sedang bergulat dengan sakit dan beban hidup.

Saat warga masih bertanya-tanya, seorang pengendara mobil berteriak bahwa ada seorang perempuan di atas jembatan hendak melompat. Iwan dan saksi lain mencoba memanggil:

“Bu… jangan! Turun, Bu!”

Dan keajaiban kecil terjadi. Bu Ngasiatin sempat mundur, kembali ke pagar. Seolah masih ada bagian kecil dari dirinya yang ingin bertahan.

Lima menit yang sunyi.

Lima menit yang terasa seperti perang batin.


Lompat Terakhir

Saksi masih berdiri di dekat tas itu.

Tiba-tiba…
Perempuan itu jatuh. Kedua kakinya menghantam aspal lebih dulu. Tubuhnya terlentang, kaki ke barat, kepala ke timur.

Masih bernafas.
Masih berjuang.
Masih hidup beberapa detik setelah luka yang tak terlihat memaksanya menyerah.

Ambulans RSUD Basoeni datang sepuluh menit kemudian. Namun Bu Ngasiatin menghembuskan napas terakhir.


Polisi, Inafis, dan Surat Ikhlas Sang Anak

Kapolsek Gedeg AKP Sukaren bersama tim Inafis tiba, melakukan pemeriksaan. Tidak ada tanda kekerasan. Tidak ada tanda paksaan. Hanya takdir dan rasa sakit panjang yang tidak sanggup lagi ditanggung.

Anak kandung korban, Slamet Abidin, datang dengan air mata yang sudah kering oleh kenyataan pahit. Ia membuat surat pernyataan:

Tidak autopsi. Tidak menuntut. Ini takdir Allah. Ibu sedang sakit. Kami ikhlas.

Lalu jenazah dibawa pulang ke rumah duka di Ngogri, Kedungsari, Kemlagi.

Selesai.
Sunyi kembali turun seperti kabut.


Barang Bukti: Potret Hidup Seorang Ibu

Di meja polisi tersisa:

  • Tas ungu kombinasi putih

  • KTP dan KIS atas nama Ngasiatin

  • Surat berobat RSUD Basoeni

  • 6 jenis obat

  • Sandal coklat

  • Bolpoin hitam

Barang-barang sederhana yang diam, tapi bercerita banyak: tentang seorang ibu yang bertahun-tahun melawan sakit, melawan sepi, melawan beban yang tak tampak.


Catatan Warkop Si Hitam Pahit

Kadang hidup rakyat kecil lebih sunyi dari suara angin di atas jembatan tol.
Orang-orang seperti Bu Ngasiatin tidak pernah masuk headline nasional.
Tidak viral.
Tidak trending.

Tapi tiap peristiwa seperti ini meninggalkan pertanyaan yang menohok:

Apa kabar kesehatan mental dan ekonomi warga pinggiran Mojokerto?
Berapa banyak ibu-ibu yang memendam sakit dan tak punya tempat bercerita?
Berapa banyak yang diam-diam putus asa?

Di warkop, kopi hitam pekat malam ini terasa lebih pahit dari biasanya.

Semoga Allah menerima seluruh amal kebaikan Bu Ngasiatin.
Semoga keluarga diberi kekuatan.
Dan semoga kita semua belajar satu hal:

Terkadang, seseorang hanya butuh didengar lima menit lebih lama, agar ia tetap hidup.







Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode