DESA DI TENGAH EFISIENSI. Efisiensi TKD Rp 316 Miliar Mengguncang APBD Mojokerto. ADD SILTAP Tetap Aman. Desa Jangan Dijadikan Arena Eksperimen Ambisi Politik.
-Baca Juga
Efisiensi anggaran adalah keniscayaan dalam tata kelola negara. Namun satu hal yang tidak boleh ikut diefisienkan adalah nurani.
Ketika Pemerintah Kabupaten Mojokerto terdampak efisiensi Transfer Keuangan Daerah (TKD) lebih dari Rp 300 miliar, kegelisahan di tingkat desa adalah sesuatu yang manusiawi. Perangkat desa bukan sekadar struktur birokrasi; mereka adalah manusia yang menggantungkan hidup pada kepastian kebijakan negara.
DETAK INSPIRATIF memandang penting untuk meluruskan, bukan membakar. Memberi terang, bukan memanfaatkan gelap. Fakta menunjukkan, Pemkab Mojokerto mengambil posisi yang patut diapresiasi: melindungi ADD SILTAP agar gaji dan operasional desa tetap berjalan.
Yang patut dikritisi bukanlah keresahan perangkat desa, melainkan upaya segelintir oknum yang membaca kegelisahan sebagai peluang. Desa bukan alat tawar-menawar. Bukan pula laboratorium ambisi politik yang agresif dan serba instan.
Negara boleh berhemat, tapi tidak boleh abai.
Kritik boleh keras, tapi harus jujur.
Dan desa harus selalu dilindungi.
— Redaksi DETAK INSPIRATIF
Di saat angka-angka anggaran berubah dingin di meja birokrasi, kegelisahan justru terasa hangat di balai-balai desa Kabupaten Mojokerto.
Efisiensi Transfer Keuangan Daerah (TKD) dari pemerintah pusat bukan sekadar istilah teknokratis. Ia nyata, berdampak, dan menekan. Lebih dari Rp 316 miliar harus disesuaikan oleh Pemkab Mojokerto. Angka yang jika salah dikelola, bisa mengguncang fondasi pemerintahan paling bawah: desa.
Maka pertanyaan pun bermunculan.
Bukan teriakan. Bukan perlawanan.
Melainkan kecemasan manusiawi: apakah kami masih aman?
Perangkat Desa Bukan Angka Statistik
Perangkat desa adalah wajah negara yang paling dekat dengan rakyat. Mereka mengurus administrasi, konflik sosial, kemiskinan, hingga duka warga. Ketika isu efisiensi menyebar tanpa penjelasan utuh, keresahan itu wajar. Bahkan sehat.
Namun, di situlah masalah muncul.
Saat Informasi Terlambat, Oknum Datang Lebih Cepat
Ruang kosong informasi menjadi lahan subur bagi spekulasi. Informasi dilapangan mencatat adanya pola lama yang kembali muncul: keresahan dipelintir, isu diperkeras, dan ketakutan diproduksi.
Desa nyaris dijadikan komoditas politik.
Perangkat desa hampir dijadikan alat tekan kepentingan.
Padahal fakta berkata sebaliknya.
Sekda Bicara, Negara Hadir
Pertemuan perangkat desa dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Teguh Gunarko, ruang SBK, menjadi titik terang. Pesannya jelas dan tegas:
Efisiensi TKD memang terjadi
Namun ADD SILTAP tidak dipotong
Gaji perangkat desa tetap aman
Operasional pemerintahan desa tetap berjalan
Skema ADD 2026 mengikuti pola 2025
Artinya: negara tidak lari dari desa.
Kebijakan yang Berpihak pada Stabilitas
Di tengah tekanan fiskal, Pemkab Mojokerto memilih melindungi jantung pelayanan publik paling bawah. DAU disesuaikan. Belanja daerah diketatkan. Namun desa tidak dikorbankan.
Ini bukan sekadar kebijakan teknis. Ini adalah keputusan moral.
EFISIENSI TKD & KEPASTIAN ADD SILTAP
Pemkab Mojokerto terdampak efisiensi Transfer Keuangan Daerah (TKD) dari Pemerintah Pusat
Total Efisiensi TKD: ± Rp 316 MILIAR
≈ 18% dari total TKD Pemkab Mojokerto
RINCIAN EFISIENSI TKD
Dana yang terdampak:
DAU (Dana Alokasi Umum)
🔻 ± Rp 176,3 MDBH (Dana Bagi Hasil)
🔻 ± Rp 85,0 MDana Desa (DD)
🔻 ± Rp 42,9 MDAK Non Fisik
🔻 ± Rp 12,1 M
Efisiensi ini berdampak pada belanja daerah, bukan gaji desa.
ADD SILTAP: AMAN & TERLINDUNGI
ADD SILTAP TIDAK DIPOTONG
Gaji Perangkat Desa AMAN
Operasional Pemerintahan Desa AMAN
Kebijakan Pemkab Mojokerto:
ADD SILTAP Tahun 2026 disesuaikan dengan skema ADD 2025
YANG TERDAMPAK ADALAH:
Program berbasis DAU
Belanja OPD non-prioritas
Sebagian TPP ASN (penyesuaian internal)
Bukan gaji perangkat desa
KENAPA PERANGKAT DESA SEMPAT RESAH?
Informasi efisiensi TKD beredar tanpa penjelasan teknis awal
Trauma nasional: daerah lain menunda pembayaran
ADD & DAU sering disalahartikan sebagai satu paket
Resah itu wajar. Panik itu manusiawi.
WASPADA “MARKUS”
Keresahan dimanfaatkan oknum tertentu untuk:
Menggiring isu “gaji desa dipotong”
Menebar ketakutan & kepentingan pribadi
Memancing manuver politik & tekanan
Fakta resmi sudah jelas:
ADD SILTAP AMAN
PERNYATAAN KUNCI PEMKAB
Sekda Kabupaten Mojokerto – Teguh Gunarko
“Meski terdampak efisiensi TKD, gaji perangkat desa dan operasional desa tidak terdampak.”
PESAN MORAL:
Efisiensi iya.
Gaji Desa? Tidak.
Jangan mau diprovokasi.
Efisiensi adalah kebijakan.
Keresahan adalah manusiawi.
Namun memanfaatkan ketakutan adalah ketidakberadaban.
DETAK INSPIRATIF berdiri untuk satu hal:
menjaga desa, menjaga akal sehat, menjaga republik.
