HUJAN, KOMITMEN, DAN 132 PENERIMA GREEN AWARD OPD DLH 2025
-Baca Juga
Pendopo Graha Majatama – Ketika Alam Menguji Siapa yang Benar-Benar Peduli
Hujan deras yang mengguyur Pendopo Graha Majatama siang itu seperti memiliki kehendak sendiri. Angin menabrak sisi-sisi pendopo, Namun acara Green Award 2025 tidak goyah sedikit pun.
Ia justru tumbuh sebagai simbol keteguhan.
“Green Award Ini Bukan Seremoni, Ini Penghormatan untuk Para Pejuang Lingkungan”
Di tengah riuh hujan, Kepala OPD DLH Mojokerto, Drs. Rachmat Suhariyono, menyampaikan poin penting:
“Tujuan kegiatan ini adalah memberikan apresiasi kepada perusahaan, sekolah, pondok pesantren, desa, dan kelompok masyarakat atas kepedulian serta komitmennya dalam pengelolaan lingkungan hidup.”
Beliau menegaskan bahwa 12 kategori penghargaan yang diberikan bukan sekadar gelar, tapi bentuk legitimasi bagi para pelaku lingkungan yang telah bekerja di lapangan — di sekolah, di sungai, di desa, di industri, dan di pesantren.
Dari PEKA Kelola, PROPER, Adiwiyata, Eco Pesantren, Desa Berseri, hingga ProKlim, semuanya merupakan rantai panjang komitmen yang saling menguatkan.
132 PENERIMA PENGHARGAAN: POTRET MOJOKERTO YANG BERTUMBUH HIJAU
Dari seluruh kategori, total 132 orang yang mewakili perusahaan, sekolah, pesantren, desa, hingga komunitas hadir menerima apresiasi ini.
Mereka datang sebagai simbol dari berbagai sektor yang selama ini bekerja dalam diam:
guru yang mengubah sekolah menjadi taman belajar hijau,
santri yang mengolah sampah menjadi berkah,
perangkat desa yang membangun ketahanan iklim,
hingga perusahaan yang berbenah menuju operasi ramah lingkungan.
Mereka berdiri di depan panggung, sementara suara hujan menjadi semacam “musik latar” penghargaan alam.
PENDOPO MAJATAMA: SAKSI BISU KOMITMEN ITU
Hujan deras, angin kencang, dan pendopo tidak mampu menghentikan jalannya acara.
Jika ada simbol paling kuat hari itu, maka ia bukan panggung, bukan dekorasi, bukan piagam —
melainkan keteguhan.
Green Award 2025 berubah menjadi perayaan komitmen di tengah cuaca ekstrem — momen ketika manusia, alam, dan kebijakan bertemu dalam satu bingkai drama yang tidak direncanakan.
TRC-DLH DILUNCURKAN DI BAWAH HUJAN: SEBUAH TANDA
Bupati Mojokerto Muhammad AlBarra didampingi Kepala OPD DLH. Rachmat Suhariyono kunjungi, Tim Reaksi Cepat (TRC-DLH) resmi diluncurkan.
Meski hujan, tetapi justru itu simbolisme yang kuat:
Mereka lahir di tengah kondisi lingkungan yang menantang — persis seperti situasi yang akan mereka hadapi di lapangan nanti.
Green Award 2025 mungkin dirancang sebagai acara formal.
Namun hari itu, Mojokerto mendapatkan lebih dari itu:
alam mengirim ujian,
manusia membalas dengan keteguhan,
132 penerima membawa pulang semangat baru,
dan DLH menegaskan arah baru pengelolaan lingkungan.
Pendopo Graha Majatama basah oleh hujan,
tapi komitmen Mojokerto justru mengeringkan keraguan.
Inilah Mojokerto, kalau bicara lingkungan, bukan sekadar wacana, tetapi keberanian menghadapi badai. 🌿⚡
