KETIKA DEBIT AIR SUNGAI SURODINAWAN MENINGKAT Warga Surodinawan Kota Mojokerto & Sooko Gelisah, Sampah Bambu Hantui Jembatan ~ Detak Inspiratif | Berita dan informasi terkini Indonesia
RUNNING STORY :
Loading...

KETIKA DEBIT AIR SUNGAI SURODINAWAN MENINGKAT Warga Surodinawan Kota Mojokerto & Sooko Gelisah, Sampah Bambu Hantui Jembatan

-

Baca Juga





Malam Itu, Sungai Tak Lagi Tenang


Lampu jalan memantul di permukaan air yang coklat pekat. Arus menggerung, seolah memanggil siapa pun yang berani melihat lebih dekat. Di pinggir tanggul, beberapa warga berdiri mematung matanya tak lepas dari pusaran air yang berputar cepat di bawah Jembatan Surodinawan.

Foto yang terekam malam ini memperlihatkan segalanya:
bukan sekadar sungai yang naik, tapi kecemasan yang ikut mengalir bersamanya.







Debit Naik, Jarak ke Tanggul Menipis

Hujan yang mengguyur sejak sore di Mojokerto hanyalah “kulit luar”. Namun di atas sana Pacet, Trawas, Jatirejo lereng gunung Anjasmoro Wonosalam hujan turun seperti membuka pintu langit.

Kiriman air dari gunung membuat Sungai Kromong–Pikatan–Brangkal meningkat tajam.
Di beberapa titik, permukaan air kurang dari dua meter dari bibir tanggul.
Dalam ukuran teknis, ini setara dengan alarm yang berteriak tanpa suara.







Warga Mulai Gelisah: “Biasane ngene iki tandha-tandha elek…”

Di sisi jembatan, tampak dua warga berdiri mengamati arus dari dekat.
Wajah mereka serius, tubuh sedikit condong ke depan bahasa tubuh yang menunjukkan kekhawatiran.

Mereka tak perlu sensor, meteran digital, atau data BMKG.
Arus yang berubah warna, suara deru air, dan pusaran besar di bawah jembatan cukup memberi tanda bahwa situasi sedang tidak baik.







Ancaman Diam: Sampah Bambu Menyangkut di Tiang Penyangga

Masalah paling berbahaya bukan hanya debit air.
Di bawah jembatan, tumpukan sampah bambu dan kayu tersangkut kuat di tiang penyangga.

Inilah “bom waktu” yang sering diabaikan:

  • Semakin besar tumpukannya, semakin kuat tekanan air pada jembatan.

  • Jika air naik mendadak, bambu yang tersangkut bisa membuat arus memantul balik.

  • Potensi kerusakan jembatan meningkat.

  • Dan luapan sungai bisa menghantam permukiman terdekat dalam hitungan menit.

Warga sudah melapor.
Sayangnya, DLH, PUPR Kota/Kab., dan BPBD hingga kini belum terlihat melakukan aksi pencegahan nyata.






Antara Sungai, Birokrasi, dan Waktu yang Mepet

Malam terus berjalan.
Debit sungai berubah-ubah, namun kecemasan warga tetap tinggi.

Ironisnya, ketika warga berjaga dan memantau kondisi sungai dengan mata kepala sendiri, instansi yang bertanggung jawab justru diam seperti batu yang ditempa arus.

Bukan hanya tentang sampah bambu.
Bukan hanya tentang debit air.
Ini tentang sistem mitigasi yang seharusnya hadir lebih cepat daripada kecemasan publik.


Investigasi Malam Ini

  • Debit sungai naik signifikan – kurang dari 2 meter dari tanggul.

  • Arus deras dan keruh, kiriman dari Pacet–Trawas–Jatirejo.

  • Sampah bambu menumpuk di jembatan, ancaman serius bagi struktur.

  • Warga gelisah, tapi tetap memantau.

  • Instansi terkait belum turun lapangan meski laporan warga sudah disampaikan.




.

Mungkin Juga Menarik × +
PERISTIWA
Hukum Kriminal
Olahraga

 
Atas
Night Mode