Misteri di Balik Puing Sumolawang: Ketika UU Darurat Takluk di Tangan Oknum?
-Baca Juga
IPTU M : ANGGOTA POLSEK DLANGGU POLRES MOJOKERTO POLDA JATIM (DUGAAN TSK) MENYIMPAN BAHAN PELEDAK JENIS KELAS 1 .
MOJOKERTO – Pagi itu, Senin 13 Januari 2025, langit di atas Desa Sumolawang, Kecamatan Puri, masih menyisakan sisa embun. Namun, ketenangan warga Perum Lawangasri robek seketika oleh dentuman yang lebih mirip suara medan perang daripada ledakan tabung gas. Sebuah rumah hancur lebur menjadi debu, merenggut nyawa Luluk Sudarwati dan putranya yang baru berusia tiga tahun, Kaffa.
Kini, hampir setahun berlalu, puing-puing itu mungkin sudah dibersihkan, namun aroma ketidakadilan justru semakin menyengat. Di tengah riuhnya gerbong mutasi Polda Jatim yang mengantar AKBP Dr. Ihram Kustarto ke kursi baru di Tulungagung, sebuah pertanyaan besar tertinggal di laci meja kerjanya: Ke mana perginya berkas tersangka kasus Sumolawang?
Bom Waktu di Tengah Pemukiman
Fakta dilapangan mengarah pada satu fakta yang menggetarkan: rumah sumber ledakan adalah milik Aipda M, seorang anggota aktif kepolisian. Di sana, diduga kuat tersimpan bubuk mesiu bahan peledak kelas satu yang menurut UU Darurat No. 12 Tahun 1951, kepemilikannya tanpa izin adalah dosa hukum tak terampuni dengan ancaman hukuman hingga 20 tahun penjara, bahkan mati.
“Ini bukan sekadar kelalaian. Ini adalah penimbunan maut di jantung pemukiman warga,” ujar seorang praktisi hukum yang mengamati kasus ini sejak awal. Secara prosedur, pelanggaran ini harusnya berujung pada Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dan proses pidana umum yang transparan. Namun, realitanya? Kasus ini seolah "dijinakkan" sebelum sampai ke meja hijau.
PRESS CONFRENCE LEDAKAN DI SUMOLAWANG PURI 13 JANUARI 2025. DIPIMPIN KAPOLRES MOJOKERTO AKBP. IKHRAM KUSTARTO
Ironi Dr. Ihram dan Estafet yang Terputus
AKBP Ihram Kustarto datang ke Mojokerto dengan profil mentereng sebagai seorang Doktor dan mantan perwira Bareskrim. Namun, keberanian akademisnya diuji oleh realitas di lapangan. Selama sisa masa jabatannya, publik hanya diberi janji bahwa "penyelidikan terus berjalan".
Kini, dengan mutasi Ihram ke Tulungagung, beban moral itu beralih ke pundak AKBP Andi Yudha Pranata. Namun, publik sangsi. Apakah suksesi pimpinan ini hanya menjadi cara untuk memutus rantai pertanggungjawaban? Ataukah pimpinan baru berani membongkar kotak pandora yang selama ini tersimpan rapat di Polda Jatim?
Bola Panas di Meja Kapolda
Meredupnya kasus Sumolawang adalah tamparan keras bagi jargon "Polri Presisi". Jika seorang anggota polisi yang menimbun bahan peledak hingga menewaskan warga sipil bisa bebas dari jerat hukum, maka martabat institusi menjadi taruhannya.
Tuntutan kini mengarah ke level tertinggi di Jawa Timur: Kapolda Jatim. Publik tidak lagi bicara soal teknis penyelidikan, tapi soal kemauan politik (political will). Kapolda harus sadar bahwa di pundaknya, pangkat dan jabatan bukan sekadar simbol kekuasaan, melainkan amanah untuk memastikan hukum tidak tumpul saat menebas anggotanya sendiri.
Pemeriksaan menyeluruh terhadap penanganan kasus ini di tingkat Polres hingga Polda adalah harga mati. Taruhannya bukan sekadar citra, melainkan legitimasi negara di mata rakyat.
Menolak Lupa
Di Sumolawang, keadilan belum benar-benar tegak. Selama belum ada tersangka yang diseret ke muka persidangan, selama itu pula Polri memiliki "hutang darah" pada almarhumah Luluk dan kecil Kaffa.
Masyarakat Mojokerto mungkin bisa diam, tapi sejarah akan mencatat siapa pemimpin yang berani membela kebenaran, dan siapa yang hanya pandai menata kata di atas lencana. Mutasi bisa terjadi kapan saja, tapi kebenaran tidak akan pernah pindah alamat.
Gelombang Rotasi Besar di Tubuh Polda Jatim
Angin segar berhembus di korps Bhayangkara Jawa Timur menjelang fajar tahun 2025 menyingsing. Bukan sekadar rutinitas, gerbong mutasi kali ini membawa perubahan signifikan di berbagai lini, mulai dari ring satu Surabaya hingga pelosok Tapal Kuda.
Bagi Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Jules Abraham Abast, rotasi ini adalah sebuah keniscayaan organisasi. "Mutasi jabatan adalah hal yang wajar dalam suatu organisasi guna penyegaran," ungkapnya dalam keterangan tertulis. Namun bagi masyarakat, ini adalah babak baru tentang siapa sosok-sosok di balik seragam cokelat yang akan menjaga lingkungan mereka
1. Wakapolrestabes Surabaya: Dijabat oleh AKBP Rosyid Hartanto (sebelumnya menjabat Kapolres Boyolali).
2. Kapolres Nganjuk: Kini dipegang oleh AKBP Suria Miftah Irawan (sebelumnya Kasatresnarkoba Polrestabes Surabaya).
3. Kapolres Gresik: Kini dipimpin oleh AKBP Ramadhan Nasution menggantikan AKBP Rovan Richard Mahenu.
4. Kapolres Lamongan: Amanah baru diberikan kepada AKBP Arif Fazlurrahman yang sebelumnya menjabat Kapolres Blitar.
5. Kapolres Sumenep: Sosok AKBP Anang Hardiyanto (eks Kasat PJR Ditlantas Polda Sulut) resmi menjadi penjaga wilayah ujung timur Madura.
6. Kapolres Blitar: Kini dijabat oleh AKBP Rivanda yang berpindah tugas dari Sumenep.
7. Kapolres Blitar Kota: Diisi oleh AKBP Kalfaris Triwijaya Lalo (sebelumnya Kasubdit 2 Ditreskrimsus Polda Metro Jaya)
8. Kapolres Ngawi: Tongkat komando kini beralih ke tangan AKBP Prayoga Angga Widyatama.
9. Kapolres Pasuruan: Kini dijabat oleh perwira baru (setelah AKBP Jazuli Dani Iriawan ditarik ke Polda Jatim).
10. Kapolres Pasuruan Kota: Dipimpin oleh AKBP Titus Yudho Uly.
11. Kapolres Bondowoso: Kini dipimpin oleh AKBP Aryo Dwi Wibowo.
12. Kapolres Bangkalan: Akan diisi pimpinan baru setelah AKBP Hendro Sukmono bergeser ke Jakarta Selatan.
13. Kapolresta Malang: Sedang masa transisi setelah Kombes Pol Nanang Haryono dipromosikan ke Polda Bangka Belitung.
14. Kapolres Malang: Menunggu pimpinan baru setelah AKBP Danang Setiyo Pambudi Sukarno bergeser ke Polda Metro Jaya.
15. Kapolres Mojokerto: Kini dijabat oleh AKBP Andi Yudha Pranata (sebelumnya Kapolres Batu).
16. Kapolres Tulungagung: Resmi dijabat oleh AKBP Dr. Ihram Kustarto (sebelumnya Kapolres Mojokerto).
17. Kapolres Batu: Jabatan ini kini dipegang oleh AKBP Aris Purwanto (sebelumnya Kasubdit II Ditreskrimsus Polda Jatim).
18. Kapolres Situbondo: Sedang menunggu pengganti AKBP Rezi Dharmawan yang bergeser ke Jakarta Barat.
19. Kapolres Binjai (Polda Sumut): Kini dijabat oleh perwira asal Jatim, AKBP Mirzal Maulana.
Penyegaran Pejabat Utama (PJU) Polda Jatim
Selain pimpinan wilayah, beberapa posisi "PIMPINAN TINGGI" di Polda Jatim juga mengalami regenerasi.
1. Karo SDM Polda Jatim: Dijabat oleh Kombes Sih Harno.
2. Wadirreskrimsus: Kini dijabat AKBP Henri Noveri.
3. Dirres PPA dan PPO: Jabatan baru ini dipercayakan kepada Kombes Ganis Setyaningrum.
Langkah rotasi ini bukan sekadar perpindahan meja kerja. Di balik setiap nama, ada harapan besar masyarakat agar Jawa Timur tetap kondusif, aman, dan semakin responsif terhadap keluhan warga. Selamat bertugas bagi para penjaga baru di wilayah SEMERU Jatim!
