##"Adios, Idola?" - Uang Lebih Berkuasa daripada Janji di Mojokerto
-Baca Juga
Bayangno, lagi asyik ngobrol bareng konco di warung kopi pinggir Jalan Mojopahit, eh, tiba-tiba denger kabar "Tim Kampanye Paslon Idola Mojokerto" lagi "kekurangan duit". Kok bisa? Katanya kan "Idola" punya banyak pendukung, harus banyak yang ngasih duit buat kampanye dong? Eh, ternyata duitnya pada "ngilang" kayak uang jajan yang tiba-tiba raib pas lagi mau beli "sego pecel" di "Alun-Alun Mojokerto". Kasian, ya? Padahal sebentar lagi "hari H" pencoblosan, tanggal 27 November 2024.
"Eh, Mas, denger-denger sih, tim Ikhfina-Dulloh lagi kesusahan nih. Katanya duit kampanyenya kurang," celetuk Pak Karto, tukang becak langganan warung kopi itu.
"Lha, gimana tuh, Pak? Kan sebentar lagi pencoblosan," timpal Pak Suparno, sambil menyeruput kopi pahitnya.
"Ya, katanya sih, banyak pendukungnya yang pada pindah ke Paslon Nomor 2, 'Mubarok'. Bilangnya sih, 'Pemilukada itu pragmatis, ada fulus jalan pun mulus, takada fulus mampus lah kau'," jawab Pak Karto, sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Wah wah wahhh, kasian banget 'Idola'. Mungkin 'adios' dari konstetasi Pilkada 2024 deh?" ujar Pak Suparno, sambil tertawa kecil.
Nah, kok massa Idola pindah haluan mendukung MUBAROK. Emangnya, MUBAROK hebat. Lha iya rek, MUBAROK itu Gus Barra dan mas dokter Rizal. Arek nom noman tapi sugih, intelektual, ganteng dan Loman. Gus Barra sampai sekarang masih Wakil Bupati, pengusaha sukses. Meskipun, sebagai Wakil Bupati tidak dikasih job sama Bupati Ikhfina.
Makanya, dia sekarang mencalonkan Bupati itu, supaya Kabupaten Mojokerto lebih maju, adil dan makmur. Tidak seperti sekarang, pendidikan, kesehatan, ekonomi di abaikan. Padahal itu pondasi dasar pemerintahan. “Pendidikan, kesehatan, ekonomi itu, tanggungjawab pemerintah. Kalau terkait, insfratruktur jalan raya itu mudah. ‘ lha wong itu duitnya negara, bukan duit pribadi. Apanya yang dibanggakan, jalan mulus tapi, rakyat mampus. “ Kamu kelaparan, tidak bekerja, sakit, harus nya ditolong bukannya uangnya untuk pembangunan jalan. Dia untung, rakyat buntung,”ngunu rek. Jadi rakyat pemilih yang cerdas jangan mau di bodohi. Hanya keledai yang mau jatuh dikubangan yang sama dua kali.
Eh, tapi tunggu dulu! Ada yang lebih "menarik" nih. Pendukung yang dulu "ngebela mati-matian" "Idolanya Mojokerto" sekarang malah ngomong begini: "Wis Bu Ikhfina, sampean sekeluarga sudah cukup lama berkuasa. Ibarat kereta api, gerbong orde baru yang sudah harus di istirahat kan diganti yang lebih visioner. Sudah waktunya ganti pemimpin yang lebih muda, lebih cakap, layak dan pantas, ganteng dan Loman". Wah, kayaknya "Idola" lagi "dihujani" kritik nih. Sampai dibilang "lebih baik mengurusi keluarga saja". Eh, kasian banget "Idola".
"Lha, trus gimana nih, Mas? 'Idolanya Mojokerto' mau ngapain?" tanya Pak Karto, penasaran.
"Ya, mungkin harus introspeksi diri, muhasabah. Mungkin harus ngasih janji yang lebih 'mantap' lagi buat pendukungnya, misalnya 'sego pecel gratis' setiap hari di Alun-Alun Mojokerto'," jawab Pak Suparno, sambil tertawa lebar.
Tapi, yang lebih “bikin panas telinga lagi" pas pendukungnya bilang "Kasihan, suaminya di penjara tidak ada yang merawat. Dia asyik asyik senam, joget joget. Apa tidak takut dosa????". Hah? Kok "Idolanya Mojokerto" dibilang "takut dosa"? Emang "Idolanya Mojokerto" "berdosa" ya?
"Eh, tapi 'Idolanya Mojokerto' jangan 'baper' dulu. Mungkin pendukungnya lagi 'ngasih kode' buat 'Idolanya Mojokerto' agar 'lebih perhatian' sama keluarga'. Kan 'Idolanya Mojokerto' lagi 'fokus' kampanye, jadi lupa ngurus keluarga," ujar Pak Karto, sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Nah, gimana nih ceritanya? "Idolanya Mojokerto" lagi "diuji" nih di Pilkada 2024. Semoga "Idolanya Mojokerto" bisa "melewatinya" dengan baik ya. Dan semoga Pilkada Mojokerto 2024 bisa menghasilkan pemimpin yang "benar-benar, amanah, jujur dan adil".
Ini adalah cerita dari mulut ke mulut masyarakat, ditulis dengan gaya humor. Tidak dimaksudkan untuk menyinggung atau merendahkan siapa pun.
Tapi, ingat ya, di dunia politik, uang kadang berbicara lebih keras dari janji. Dan para Paslon Pilkada harus berjuang keras untuk menaklukkan "dewa uang" ini jika ingin tetap berjaya di Pilkada 2024. Terutama kalau janjinya cuma "surga" di dunia ini, ya kan? Mungkin kalau janjinya "sego pecel gratis" setiap hari di Alun-Alun Mojokerto", atau "memindahkan Tugu Monas Jakarta ke alun alun Kota Mojokerto" dengan cara yang ajaib seperti ratu calon arang, pendukungnya bakal tetep setia.
Eh, ngomong-ngomong, masih ada yang mau pesan kopi lagi nggak? Kopi susunya lagi hangat-hangat nih. Eh, tapi jangan kaget ya, kalau nanti kopi susunya tiba-tiba jadi 'kopi setan' yang bisa ngasih 'ilmu politik' buat menang pilkada. Siapa tau sebagai jurus pamungkas Hehehe…
Penulis DION
Editor DJOSE